Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/01/2017, 10:05 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

YOGYAKARTA, KOMPAS — Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta menyelidiki informasi adanya seorang anak di Kabupaten Sleman, DIY, yang diduga tertular penyakit antraks. Masyarakat diminta tidak khawatir berlebihan dan tidak mudah percaya dengan informasi yang beredar di media sosial mengenai penularan antraks di daerah itu.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta Pembajun Setyaningastutie, Jumat (20/1), di Yogyakarta, pihaknya menerima informasi ada anak asal wilayah Godean, Sleman, diduga tertular antraks meningitis (radang selaput otak).

Anak berinisial H (8) itu dibawa ke Rumah Sakit Umum Pusat Dr Sardjito, Yogyakarta, 31 Desember 2016, dan meninggal pada 6 Januari 2017.

Pihaknya lalu berkoordinasi dengan manajemen RSUP Dr Sardjito terkait masalah itu. Dinkes DIY menerjunkan tim untuk memeriksa tempat tinggal pasien demi mencari informasi pendukung kemungkinan penularan antraks. "Begitu kami menerima informasi ada pasien itu, kami turun ke lapangan," ujarnya.

Antraks adalah penyakit menular akibat Bacillus anthracis dan mematikan. Penyakit itu biasanya menyerang hewan ternak dan bisa menular ke manusia. Penyakit antraks terdiri dari 4 jenis, yakni antraks kulit, antraks saluran pencernaan, antraks paru-paru, dan antraks meningitis.

Informasi ada anak di Sleman kena antraks meningitis menyebar luas di media sosial, termasuk grup percakapan Whatsapp, beberapa pekan terakhir. Kekhawatiran penularan antraks timbul karena sebelumnya 16 warga Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, DIY, diduga kena antraks kulit. Empat pasien diperiksa, satu orang di antaranya positif antraks (Kompas, 19/1/2017).

Hewan ternak

Hingga kemarin malam, tidak ada laporan hewan ternak sakit antraks di Godean. Dugaan bakteri antraks dari Desa Purwosari menyebar ke Godean dinilai tak benar karena jarak dua wilayah itu jauh. Kondisi warga Desa Purwosari yang diduga kena antraks membaik dan tak ada warga lain mengalami gejala antraks.

Menurut Pembajun, salah satu warga di Kulon Progo yang diduga kena antraks meninggal beberapa waktu lalu. Namun, penyebab kematian warga itu bukan karena antraks, melainkan penyakit lain.

Untuk itu, warga DIY diimbau tak panik berlebihan terkait isu penyebaran antraks. Warga juga tak perlu takut mengonsumsi daging asalkan dibersihkan dan dimasak matang. "Kalau ada hal tak dipahami, sebaiknya bertanya ke pihak berkompeten," ujarnya.

Kepala Bagian Hukum dan Humas RSUP Dr Sardjito Trisno Heru Nugroho menjelaskan, berdasarkan pemeriksaan, anak berinisial H (8) didiagnosis terduga antraks. "Suspect artinya masih tanda-tanda. Penyakit sesungguhnya masih dilacak," ucapnya.

Saat masuk RSUP Dr Sardjito, kesadaran H menurun dan dipasangi alat bantu pernapasan. Setelah beberapa hari dirawat, pasien itu meninggal. (HRS)

 

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 21 Januari 2017, di halaman 14 dengan judul "Dugaan Antraks Masih Diselidiki".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau