Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/01/2017, 16:46 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

KOMPAS.com — Belakangan ini semakin sulit mendeteksi berita sungguhan dan hoax. Menurut sebuah studi kecil, kemampuan mendeteksi berita bohong bisa jadi merupakan tanda ingatan yang bagus.

Riset yang dipublikasikan oleh Association for Psychological Science menemukan, kemampuan mendeteksi berita bohong berhubungan dengan kemampuan mengingat informasi yang pernah ada sebelumnya.

Dalam sebuah eksperimen, orang yang memperhatikan ketidakakuratan faktual mengenai sebuah kejadian yang mereka saksikan cenderung mengingat detail-detail pasti sebuah kejadian dibandingkan dengan orang yang tak pernah memperhatikan ketidakakuratan berita.

Studi itu dipecah menjadi dua eksperimen yang sama. Untuk eksperimen pertama, peneliti memperlihatkan 72 mahasiswa enam buah slide. Setiap slide berisi 50 foto yang menjelaskan rinci kejadian tertentu seperti pencuri menemukan uang dollar dalam mobil.

Setelah mempelajari presentasi itu, peserta kemudian menyelesaikan tugas lima menit yang berkaitan untuk mengalihkan perhatian.

Setelah itu, mereka diberi deskripsi untuk dibaca dari setiap slide yang mereka lihat saat presentasi. Mereka melihat keterangan foto dengan apa yang terjadi di foto, keterangan foto netral dan keterangan dengan deskripsi tak benar.

Para peserta diberi lagi tugas pengalih perhatian. Kemudian mereka mengikuti tes pilihan ganda yang mengukur apa yang diingat dari presentasi pertama.

Hal ini meliputi pertanyaan seperti "Apa jenis uang yang ada di mobil?". Mereka juga diminta melaporkan jika mendapati ketidaksesuaian antara presentasi awal dan presentasi dengan deskripsi.

Mereka yang melaporkan fakta salah dalam deskripsi cenderung memilih respons benar dalam tes pilihan ganda. Mereka yang tak pernah melihat kesalahan informasi, dengan kata lain, membaca deskripsi netral cenderung mengingat detail khusus sebuah kejadian.

Eksperimen kedua menggunakan proses sama dengan yang pertama dan memberikan hasil sama. Tetapi, periset meneliti lebih dekat pada informasi yang rentan dengan pernyataan salah.

Mereka menemukan peserta cenderung mengingat informasi salah mengenai detail tak penting dan tak mudah diingat dalam foto.

"Teori-teori sebelumnya mengenai gangguan memori dengan kesalahan informasi dapat berarti mengganggu proses ingatan seseorang," kata pemimpin penelitian Adam Putnam, ahli ilmu psikologi dari Carleton College.

Namun, riset baru ini menemukan ide bahwa salah informasi sebenarnya bisa membantu dalam beberapa kasus.

Khususnya, jika seseorang tetap menyadari adanya ketidakakuratan, itu mungkin membantu mereka mengingat lagi apa yang sebenarnya terjadi dengan lebih tajam.

Kendati saat ini banyak bertebaran situs-situs yang menyajikan berita palsu, studi ini menyarankan masyarakat melengkapi dirinya agar tak mudah jatuh dalam jeratan berita palsu.

Mungkin pelajaran yang bisa diambil di sini adalah tetap waspada ketika membaca berita bombastis mengenai segala sesuatu yang dibagi di grup media sosial.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com