Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesadaran Masyarakat pada Bahaya DBD Masih Rendah

Kompas.com - 30/12/2016, 10:07 WIB

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kesadaran masyakarat akan bahaya DBD belum tinggi. Butuh cara jitu untuk meningkatkan kesadaran tersebut.

Muchtar Usman selaku Ketua RW 03 Kelurahan Cipinang Melayu, Jakarta Timur punya solusi menghadapi warga yang ‘bandel’. Ia memberlakukan sistem denda hingga sanksi sosial.

“Sebetulnya, di sini sudah ada para jumantik. Tugas mereka memeriksa dan memberantas sarang nyamuk. Tak lupa, menularkan semangat waspada DBD kepada masyarakat,” ujar Muchtar dalam Pelatihan Jumantik yang digagas oleh Sumbangsih Sosial Djarum Foundation.

Tapi tugas para jumantik tak selalu lancar. Ada saja hambatan yang mereka temui selama bertugas.

“Mulai dari tidak dibukakan pintu sampai ‘disambut’ gonggonggan hewan peliharaan. Wajar saja kalau jumantik yang mayoritas ibu-ibu ini lari dan batal memeriksa rumah warga itu,” kata Muchtar.

Untuk mengatasi hal semacam itu, Muchtar menggandeng pemuka agama dan tokoh daerah untuk memberi edukasi tentang bahaya DBD. Alasannya, kebersihan merupakan bagian dari iman.

Muchtar juga memberlakukan sistem denda berupa uang sejumlah lima ribu rupiah untuk sekali peringatan. Peringatan diberikan jika warga menolak untuk dikunjungi jumantik.

Peringatan juga diberikan kepada warga yang masih ‘bandel’ setelah dikunjungi jumantik. Misalnya, lalai membersihkan kolam atau tampungan air hingga banyak jentiknya.

“Kalau tidak punya uang sejumlah itu, boleh bawa bibit pohon untuk ditanam,” ujar Muchtar.

Jika sampai tiga kali peringatan masih belum ada perubahan, sanksi lebih berat telah menanti. Warga tersebut tidak akan dilayani jika butuh bantuan sosial atau dalam hal surat menyurat.

“Urusan KTP, surat pengantar RT/RW, dan lainnya akan ditahan sampai warga itu nurut. Toh itu demi kebaikan warga itu juga,” jelas Muchtar.

Cara ini bisa dibilang berhasil. Kini warga lebih peduli akan bahaya DBD dan angka kejadian DBD bisa ditekan.

Ketegasan Muchtar bukan tanpa sebab. Ia pernah merasakan sendiri derita terkena DBD.

“Badan serasa hancur. Ingin teriak tapi malu,” ucap Muchtar yang bersyukur bisa kembali sehat setelah terkena DBD.

Selain itu, Muchtar sadar jika Jakarta Timur termasuk wilayah yang rentan terserang DBD. Data Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyebut bahwa Jakarta Timur termasuk penyumbang terbesar jumlah pasien DBD di rumah sakit pada periode April 2016 dengan angka 2300 kejadian. Bahkan di bulan November 2016 masih terdapat 762 kasus DBD di Jakarta Timur.

“Butuh kesadaran dan peran aktif warga yang dimulai dari dalam rumah sendiri. Mulailah memeriksa tempat yang sekiranya berpotensi jadi sarang nyamuk,” imbuh Muchtar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com