KOMPAS.com — Sebuah penelitian vaksin baru akhirnya secara efektif mampu memunculkan respons kekebalan terhadap virus ebola. Vaksin ini diharapkan bisa mencegah wabah ebola.
Penyebaran virus ebola di beberapa negara Afrika sempat meresahkan dunia karena menimbulkan kematian yang tidak sedikit. Sepanjang 2014-2015, tercatat 25.000 orang terinfeksi ebola. Dari jumlah itu, lebih dari 11.000 orang meninggal, terutama di kawasan pantai barat Afrika.
Seperti diketahui, penularan ebola adalah melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, dan feses pasien.
Vaksin yang sedang diteliti di Sierra Leone dan Guinea itu sukses mencegah ebola. Tak ada seorang pun responden yang mendapat vaksin terkena ebola.
Penelitian itu dilakukan oleh ilmuwan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Institut Kesehatan Masyarakat Norwegia, dan beberapa kelompok lain.
"Walau hasil yang memuaskan ini cukup terlambat untuk mereka yang kehilangan nyawa selama epidemi ebola di Afrika, tetapi kita sudah punya pertahanan jika nanti sampai ada wabah lagi," kata Marie-Paule Kleny, asisten direktur jenderal WHO untuk sistem kesehatan dan inovasi.
Walau vaksin itu memiliki tingkat efikasi mencapai 100 persen pada hampir 6.000 responden di Guinea, tetapi efektivitasnya diperkirakan akan menurun seiring banyaknya orang yang divaksin. Oleh karena itu, para ahli mengingkatkan perlunya membuat perlawanan yang sempurna.
Para ilmuwan juga belum yakin akan efektivitas jangka panjang vaksin ini. Vaksin tersebut juga baru bisa melindungi satu dari dua jenis virus ebola.
Efek samping yang ditemukan dari pemberian vaksin antara lain sakit kepala dan nyeri otot. Sampai saat ini, vaksin tersebut masih dalam uji coba dan belum mendapat persetujuan dari lembaga berwenang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.