Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/12/2016, 13:19 WIB
Kompasianer Dokter Andri Psikiater,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Apakah kita merasakan belakangan ini media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram bahkan WhatsApp dipenuhi oleh berbagai macam kehebohan yang membuat kita kadang merasa tidak nyaman? Jika memang kita merasakan demikian, maka apa yang anda rasakan juga banyak dialami oleh pasien-pasien saya.

Belakangan ini banyak masalah yang dialami pasien saya terkait oleh berita tidak nyaman yang mereka baca di media sosial.

Beberapa di antaranya sangat begitu terpengaruh oleh arus informasi yang sering membingungkan dan simpang siur tentang apa yang didapat dari media sosial. Beberapa contoh kasus ada di bawah ini.

Psikotik akibat medsos
Pasien saya ini laki-laki usia 40an. Pasien dibawa oleh keluarganya karena belakangan ini tampak kebingungan dan mulai berbicara kacau tentang situasi yang dia bayangkan akan terjadi. Kondisi ini terpicu oleh berita yang dilihat pasien berkaitan dengan demo-demo besar belakangan ini.

Arus informasi yang dia dapat dari media sosial memperparah apa yang dia dapat sebelumnya dari berita di televisi. Simpang siur pendapat di media sosial ditambah berita tidak benar (hoax) yang dia baca membuat dia semakin kebingungan.

Sampai suatu ketika dia mengatakan kepada keluarga suatu teori tentang penyelamatan negara di mana dia yang akan memimpin usaha penyelamatan tersebut. Dia meyakini hanya dia yang mampu melakukan hal tersebut dan sangat yakin akan usaha-usahanya.

Latar belakang sebagai pedagang kelontong biasa membuat orang yang mendengar ceritanya menjadi khawatir pasien sudah mengalami masalah kejiwaan. Saat diperiksa pasien diketahui mengalami masalah delusi/waham kebesaran.

Saat wawancara pasien secara menggebu-gebu mengatakan bahwa dirinya yang bisa menyelamatkan negara dari kehancuran akibat perang saudara. Diagnosis mengarah ke suatu kondisi psikotik akut yang semoga tidak menjadi skizofrenia paranoid ke depannya (pasien baru mengalami hal ini selama kurang dari sebulan).

Gangguan stres pasca trauma yang muncul kembali

Perempuan usia paruh baya ini datang dengan ketakutan yang luar biasa. Berita dari media sosial yang dia baca berkaitan dengan gejolak demo belakangan ini dan berta hoax yang dia baca tentang etnis Tionghoa membuat bayangan traumatik di masa tahun 1998 kembali teringat.

Pasien mengatakan saat 1998 dia di jalan hampir mengalami dampak dari keberingasan massa. Saat itu setelah peristiwa 1998 dia menjalani perawatan psikiatrik karena masalah yang terkait dengan traumatik yang dia alami.

Ketidakstabilan situasi saat ini dan banyaknya berita-berita yang simpang siur dan hoax berkaitan dengan kondisi sekarang seperti menjadi pemicu buat dirinya. Di satu pihak dia tidak mau untuk membaca hal tersebut, namun di lain pihak dia merasa susah menghindari informasi tersebut yang sangat masif dan berlebihan di media sosial bahkan group WhatssApp keluarga yang dia ikuti.

Gejala-gejala kecemasan yang menyerupai kepanikan timbul kembali dan sering datang.

Bijak memakai media sosial

Saya memang merasa bahwa arus informasi saat ini sangat berlebihan dan kadang kita sendiri tidak mampu untuk mengatasi derasnya arus informasi tersebut. Begitu banyaknya informasi membuat kita sulit memilah mana yang benar mana yang salah. Mana yang benar terjadi mana yang merupakan informasi bikinan yang memang sengaja dibuat untuk kepentingan tertentu.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com