Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/12/2016, 17:39 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Rinitis dan sinusitis adalah dua masalah penyakit yang berbeda, tetapi saling berhubungan. Dokter spesialis anak, Isabella Riandani memaparkan, rinitis merupakan radang mukosa hidung. Rinitis selama ini lebih dikenal dengan istilah pilek.

Sedangkan sinusitis adalah radang pada sedikitnya satu rongga sinus karena terdapat lendir atau ingus. Rongga sinus terdapat di samping kiri dan kanan hidung, belakang tulang pipi, belakang mata, hingga belakang dahi.

"Yang paling sering terisi (lendir) adalah sinus di samping hidung," kata Isabella dalam diskusi SOHO #BetterU Kupas Tuntas Rinitis pada Anak di Jakarta, Senin (19/12/2016).

Sebelum terjadi sinusitis, seseorang umumnya akan mengalami rinitis terlebih dahulu. Sebab, daerah mukosa hidung dan rongga sinus saling berhubungan.

Rinitis yang tidak tertangani dengan baik, misalnya jarang membuang ingus, akhirnya bisa menjadi sinusitis.

Bersin-bersin, hidung meler dan gatal, hidung tersumbat, merupakan gejala rinitis. Namun, jika lendir sudah masuk ke rongga sinus, gejala yang dirasakan bisa berupa nyeri di wajah, sakit kepala, tidak bisa mencium bau, sakit di dekat telinga, bau mulut, hingga demam.

Isabella mengatakan, perbedaan mendasar yang bisa terlihat adalah warna lendir atau cairan yang keluar dari hidung. Jika hanya rinitis saja, warna lendir akan bening.

"Kalau sudah jadi sinusitis, cairan yang keluar warnanya akan jadi kuning kehijauan, tidak bening lagi dan lebih lengket," jelas dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading itu.

Isabella menuturkan, rinitis bisa disebabkan oleh virus, asap rokok, stres, tungau di debu, hingga alergi. Namun, sebagian besar rinitis pada anak adalah karena alergi. Pencetus alergi pada setiap orang bisa berbeda-beda.

Apabila mengalami radang pada mukosa hidung dan juga sinus, maka disebut rinosinusitis. Rinosinusitis bisa bersifat akut atau akan sembuh dalam waktu kurang dari 12 minggu. Kemudian bersifat kronik atau akan terus menerus dialami seseorang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau