BrandzView
Halaman ini merupakan kerja sama antara Prodia dan Kompas.com

Lebih Waspada, Ini Cara Deteksi “Stroke” dalam Satu Menit

Kompas.com - 16/12/2016, 21:07 WIB
Sri Noviyanti

Penulis


KOMPAS.com-
Saat terbangun dari tidur siang, Rinto sedikit kaget. Lengan kanannya tiba-tiba kebas.

Mulanya ia berpikir rasa kebas itu karena lengannya terlalu lama tertindih saat tidur. Namun, setelah 20 menit, kebas tak juga hilang.

Karenanya, ia memutuskan memeriksakan diri ke rumah sakit. Setelah diperiksa, ternyata ia dinyatakan terserang stroke dan harus segera di-opname.

Meski demikian, kata dokter, Rinto beruntung karena segera mendapat penanganan medis.

Sebab, setelah satu menit terserang stroke, otak akan kehilangan 1,9 juta sel. Satu jam jika tak diatasi, otak akan mengalami proses penuaan setara 3,5 tahun.

Makin lama stroke tidak ditangani, makin besar risiko penderitanya mengalami gangguan bicara, kemampuan berpikir, perubahan perilaku, bahkan kematian.  

Ya, hingga saat ini, stroke merupakan penyakit lima besar penyebab kematian di dunia.

Riset Litbang Kompas yang dimuat edisi 18 Mei 2015 memaparkan, dari 41.590 kematian di Indonesia pada 2014, stroke adalah penyebab utama kematian dengan porsi 21,1 persen kejadian.

Sebenarnya, kerusakan otak akibat berhentinya aliran darah ke otak bisa diminimalkan jika diatasi dengan segera seperti yang dialami Rinto. Sayangnya, kebanyakan orang memang tidak mengenali gejalanya sehingga pengobatan jadi terlambat.

Shutterstock Ilustrasi

Untuk mengetahuinya, lansiran dari prodia.co.id, Jumat (9/12/2016) memaparkan bahwa tim riset dari University of Cincinnati mengembangkan tes sederhana untuk mendiagnosis stroke hanya dalam waktu satu menit. Pemeriksaan cukup dilakukan dengan tiga langkah.

Pertama
, tes senyum. Pasien atau orang yang diduga stroke diminta untuk tersenyum dan memamerkan gigi mereka. Tes tersebut dilakukan untuk mendeteksi apakah ada kelemahan dari salah satu sisi wajah.

Kedua, pasien diminta menutup kedua mata mereka dan mengangkat kedua tangannya. Umumnya, pasien stroke tidak bisa mengangkat kedua tangannya dengan tinggi yang sama karena salah satunya lemah.

Ketiga, pasien diminta mengulang kalimat sederhana. Tes ini dilakukan untuk memeriksa apakah artikulasi pasien jelas dalam berbicara.  Kesulitan berbicara adalah gejala klasik pada orang yang terserang stroke.

Ketahui lebih awal

Pada dasarnya, stroke bisa dicegah, bahkan sebelum terjadi gejala. Seperti diketahui, stroke punya kaitan erat dengan kadar kolesterol dalam darah dan juga tekanan darah.

Untuk mengetahui normal tidaknya kadar kolesterol dan tekanan darah, ada baiknya memeriksakan kesehatan secara rutin.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), kadar normal kolesterol adalah kurang dari 200 miligram per desiliter (mg/dl). Kadar 200 mg/dl sampai 239 mg/dl sudah masuk kategori batas atas, dan kadar melebihi 240 mg/dl telah dianggap berbahaya.

Thinkstock Ilustrasi deteksi stroke.

Sementara itu, kadar normal tekanan darah orang dewasa ada di kisaran 120/80 mmHg hingga 140/90 mm Hg.

Nah, semua indikator tersebut sebenarnya bisa diketahui dengan jelas saat seseorang melakukan pemeriksaan kesehatan (medical checkup atau MCU).

Bila menginginkan pemeriksaan lebih spesifik, klinik laboratorium MCU pada umumnya menyediakan beragam paket khusus, termasuk untuk stroke.

Dalam paket-paket khusus tersebut, pemeriksaan akan dilakukan lebih mendalam, bahkan sampai ke kadar dan komposisi lemak dalam darah.

Lalu, bagaimana bila hasil pemeriksaan mendapati kita berisiko terkena penyakit tertentu? Jangan malah jadi panik.

MCU berkala adalah cara memantau kondisi badan yang hasilnya bisa menjadi alasan untuk menjaga dan memperbaiki pola hidup jika memang diperlukan.

Seperti kata pepatah, mencegah lebih baik daripada mengobati. Maka, lebih baik tahu kondisi tubuh sebenarnya daripada baru tahu setelah sakit apalagi terlambat untuk penanganan.

Jadi, siapkah memeriksakan kesehatan Anda secara berkala?


Terkini Lainnya

Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Fenomena
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Fenomena
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Komentar di Artikel Lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau