Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencukur Rambut Kemaluan Berisiko Infeksi Menular Seksual?

Kompas.com - 16/12/2016, 20:55 WIB
Lily Turangan

Penulis

Sumber SELF

KOMPAS.com - Sebuah studi baru menunjukkan, korelasi antara perawatan organ intim dengan infeksi seksual menular (ISM) yang selama ini dibicarakan banyak orang, ternyata tidak perlu terlalu dikhawatirkan.

Dalam studi tersebut, para peneliti di University of California San Francisco menyurvei lebih dari 7.500 orang tentang kebiasaan mereka melakukan grooming organ intim (mencukur rambut kemaluan setiap minggu dikategorikan sebagai "frekuensi tinggi", pemangkasan semua rambut kemaluan 11 kali atau lebih pertahun dikategorikan sebagai "ekstrim").

Peneliti juga bertanya apakah mereka punya sejarah infeksi seksual menular, dan membagi jenis-jenis infeksi ke dalam tiga kategori yang berbeda:

1. Infeksi seksual menular kulit seperti herpes, HPV, dan moluskum,
2. Infeksi seksual menular sekretori seperti gonore, klamidia, dan HIV
3. Kutu kemaluan.

Hasil studi menunjukkan, mencukur rambut kemaluan memang memiliki asosiasi dengan infeksi seksual menular. Namun, penulis penelitian mengatakan bahwa penelitian ini memiliki keterbatasan dan informasi lebih lanjut diperlukan sebelum bisa menyatakan adanya korelasi statistik antara perawatan rambut kemaluan dengan infeksi seksual menular.

"Ini bukan studi kausal," kata penulis utama studi, E. Charles Osterberg, M.D. "Dengan kata lain, kita tidak bisa mengatakan, karena Anda sering melakukan perawatan rambut kemaluan, maka Anda pasti akan mendapatkan infeksi menular seksual. Ada sebuah asosiasi, tetapi tidak sebab-akibat."

Studi ini tidak memberikan jawaban yang pasti, apakah perawatan rambut kemaluan, benar-benar dapat meningkatkan risiko seseorang mendapat infeksi seksual menular atau tidak.

"Masyarakat modern sekarang ini telah didikte oleh pasar mengenai apa artinya menjadi 'normal' dalam hal maskulinitas, feminitas dan daya tarik," kata Osterberg.

"Penelitian ini membawa pencerahan mengenai kemungkinan adanya beberapa komplikasi dari kebiasaan grooming (perawatan) yang kita anggap sebagai hal yang umum di dunia modern."

Penulis studi mengemukakan, sejumlah teori tentang penyebab asosiasi antara perawatan rambut kemaluan dengan infeksi seksual menular dalam temuan mereka, masih memerlukan lebih banyak bukti.

Salah satu teori menganggap, lecet kecil yang disebabkan oleh kegiatan mencukur atau waxing bisa membuat seseorang menjadi lebih rentan terhadap infeksi.

"Teori itu masuk akal tapi tidak banyak kasusnya. Hanya beberapa jenis infeksi seksual menulatr yang bisa menular melalui luka kecil," kata Debby Herbenick, Ph.D., profesor di Indiana University dan penulis buku Sex Made Easy.

Perlu juga diperhatikan, teori yang mengatakan bahwa mereka yang secara teratur mencukur rambut kemaluan, lebih aktif secara seksual dibanding orang yang mencukur rambut kemaluan secara tidak teratur. Mereka juga mungkin memiliki partner seks yang lebih banyak.

"Penelitian yang pernah kami lakukan, menemukan bahwa orang yang rajin melakukan grooming organ intim, kebanyakan tidak sedang menjalin hubungan jangka panjang. Dengan kata lain, mereka melakukan hubungan seks bukan dengan partner tetapnya,"kata Herbenick.

Namun, studi ini tidak meneliti kebiasaan grooming orang yang punya pasangan tetap. Juga tidak meneliti apakah mereka memakai kondom atau tidak.

Menurut Herbenick, ada yang lebih penting untuk Anda perhatikan daripada masalah grooming rambut kemaluan, yaitu melakukan seks yang aman.

Yang dimaksud seks yang aman adalah, wanita harus selalu menggunakan kondom jika beehubungan seks dengan pasangan barunya, setidaknya dalam satu atau dua bulan pertama. Setelah itu, setialah pada pasangan karena kondom tidak 100 persen melindungi Anda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber SELF
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com