Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/12/2016, 12:15 WIB
Lily Turangan

Penulis

KOMPAS.com - Penggunaan antibiotik yang berlebihan, termasuk yang kurang atau di bawah dosis yang dianjurkan oleh dokter, akan menciptakan mikroorganisme yang resistan terhadap obat antibiotik dan bahkan dapat menyebabkan kematian.

Ditemukan pada tahun 1940-an, antibiotik adalah jenis obat yang kuat membunuh bakteri penyebab infeksi, termasuk tuberkulosis, radang tenggorokan dan infeksi saluran kemih.

Meskipun sangat efektif untuk mengatasi infeksi, antibiotik tidak berdaya dalam menghadapi virus dan penyakit yang disebabkan oleh virus, termasuk flu dan pilek.

Ketika meresepkan antibiotik, dokter akan mengingatkan pasien untuk menghabiskan obat yang diberikan (satu strip untuk kapsul atau satu botol untuk sirup), tidak berhenti meminumnya sampai tidak ada lagi yang tersisa.

Bakteri adalah mikroorganisme bersel tunggal. Tubuh Anda adalah tuan rumah bagi banyak bakteri. Mereka hidup di banyak tempat seperti saluran pencernaan, pada kulit, mulut, termasuk alat kelamin.

Jumlah sel-sel bakteri dalam tubuh melebihi jumlah sel-sel manusia dengan perbandingan satu banding sepuluh.

Banyaknya mikroorganisme ini, terutama di usus, memberikan bantuan yang sangat dibutuhkan untuk melakukan proses biologis, contohnya untuk membantu mencerna makanan yang masuk ke tubuh Anda. Sebagian besar bakteri adalah "teman" karena kebaikannya tersebut.

Namun, tidak semua bakteri bersifat menguntungkan. Ada juga yang bersifat merugikan, menginvasi sistem kekebalan tubuh dan membuat Anda sakit. Ketika dokter meresepkan antibiotik, maksudnya adalah hanya untuk membunuh mikroorganisme yang "jahat" dan membiarkan yang baik.


Bakteri resisten

Sayangnya, antibiotik tidak selalu mampu membunuh semua bakteri jahat. Sama seperti bentuk kehidupan genetik lainnya, bakteri juga bisa bermutasi dari waktu ke waktu.

Bakteri buruk yang berhasil bertahan hidup dapat mengubah DNA mereka agar menjadi lebih kuat dari obat antibiotik. Inilah yang disebut sebagai resistensi antibiotik. Umumnya, mikroorganisme yang resisten ini disebut sebagai "superbug".

Setiap kali Anda mengonsumsi antibiotik, Anda juga membunuh beberapa bakteri yang menguntungkan di dalam tubuh Anda. Karena ada kekosongan "ruang" yang ditinggalkan oleh bakteri baik, bakteri resisten akan cepat berkembang biak, dan mentransfer resistensi obat kepada bakteri lain.

Untuk alasan ini, penggunaan antibiotik yang serampangan, secara pasti akan berkontribusi terhadap perkembangbiakan suberbug.

Yang dimaksud penggunaan antibiotik serampangan adalah; penggunaan melebihi, penggunaan yang di bawah dosis (tidak menghabiskan obat sesuai anjuran dokter), terlalu mudah menggunakan antibiotik padahal tubuh masih bisa menyembuhkan dirinya sendiri, penggunaan antibiotik untuk infeksi viral padahal diketahui obat itu kurang efektif, dan bentuk-bentuk penyalahgunaan lainnya.

Jika bakteri dalam tubuh menjadi resistan terhadap obat, Anda bisa mendapat infeksi berulang, yang akan lebih sulit untuk diobati karena jenis obat yang sama tidak akan bekerja, sehingga dokter terpaksa meresepkan antibiotik baru yang lebih kuat dan berspektrum lebih luas.

Di Amerika Serikat, CDC melaporkan ada sekitar 23.000 kematian setiap tahuannya yang disebabkan oleh penyalahgunaan antibiotik.

Ketika dokter menyarankan Anda untuk menghabiskan obat yang dia berikan, dokter berharap semua bakteri jahat dalam tubuh Anda akan hancur dan tidak ada yang tersisa kemudian menjadi resisten.

Sebuah artikel di New York Times menyebutkan, masing-masing dokter akan mengeluarkan standar yang berbeda untuk penggunaan antibiotik dan meresepkan durasi yang berbeda dari setiap pengobatan.

Artikel ini juga melaporkan mengenai data dari beberapa studi yang mengatakan bahwa dosis antibiotik yang lebih rendah, akan lebih baik dan akan mengurangi kecenderungan terjadinya resistensi.

Sebagai pasien, tentu saja sebaiknya Anda mematuhi nasehat dari dokter tapi Anda juga berhak untuk mendiskusikan keinginan dan kekhawatiran Anda mengenai kemungkinan terjadinya resistensi bakteri.

Menambah wawasan dan komunikasi yang terbuka dengan dokter adalah kunci untuk mencegah sesuatu yang buruk terjadi. Setelah itu, Anda diharapkan mematuhi kesepakatan dengan dokter untuk mengonsumsi obat sesuai anjuran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau