Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
DR. dr. Tan Shot Yen, M.hum
Dokter

Dokter, ahli nutrisi, magister filsafat, dan penulis buku.

Sehat yang Santun, Masihkah Relevan?

Kompas.com - 05/12/2016, 08:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorBestari Kumala Dewi

Kondom dibenarkan untuk mencegah penularan penyakit terhadap pasangan seksual, dalam artian seorang istri yang mengidap HIV akibat cemaran transfusi darah tetap masih bisa mempertahankan perkawinan dan kehidupan seksualnya tanpa menulari suaminya. Bukan pacar gelapnya.

Saya masih cukup optimis untuk mempertahankan kesantunan hidup sehat di tanah air ini. Selama para pengambil peran kesehatan mempunyai misi yang sama.

Fakta bahwa ibu rumah tangga menempati peringkat teratas penderita HIV – bukan pecandu narkotik, apalagi pekerja seks komersial – sudah saatnya menjadi tamparan keras tentang makna hidup menikah.

Tidak ada sekolah menjadi orangtua memang. Dan tidak ada buku panduan menikah dengan kesetiaan dan komitmen. Tapi, yang mencemaskan adalah saat orang menikah ternyata hanya desakan usia, nafsu seks yang ingin segera disalurkan, bukannya tentang pernikahan itu sendiri.

Sama seperti makanan yang mudah membuat bosan, seks jika hanya dinikmati sebagai rekreasi akan menjadi suatu kejenuhan.

Kabar baiknya dengan makanan, berpindah ke variasi lain tidak akan menyebabkan kegaduhan. Tapi tidak demikian dengan perilaku seksual.

“Mencicipi” pemberi kenikmatan lain semata ingin lepas dari kejenuhan, bisa jadi cikal bakal mengapa latar belakang pekerjaan “baik-baik” sebagai karyawan menempati angka tertinggi.

Memilih serong dengan sesama profesi, berselingkuh dengan orang yang tiap hari ditemui di kantor, bukan jaminan ‘saya memilih partner seks yang aman’.

Aman tidak bisa dilihat secara kasat mata, karena virus HIV bisa bercokol hingga 10 tahun tanpa memberi gejala apa pun. Tapi jangan tanya ganasnya.

Bila kehamilan belum tentu bisa terjadi pada hubungan seks satu kali, maka penularan HIV pasti terjadi di hubungan yang ‘hanya sekali itu saja’ – dari orang yang ‘kelihatan sehat’, tapi Anda salah terka itu.

Sudah cukup kegaduhan demi kegaduhan menghalangi bangsa ini untuk maju. Banyak sekali hal yang semestinya tak perlu terjadi. Asal saja kita semua menata diri. Tepatnya tahu diri.

Kembali ke fitrah tidak hanya dijadikan ungkapan klise dan jargon. Tapi perlu ada contoh nyata walaupun kecil, untuk memulainya, dan menjadi panutan anak-anak nanti.

Rekreasi pangan tidak perlu meniru resep pizza terbaru, cukup mengganti menu pecel dengan karedok.

Rekreasi hubungan seks yang membosankan tidak perlu mengganti pasangan main, cukup mengganti kaos tidur yang sudah berlubang itu dengan satin berenda. Semoga kewarasan dan kesantunan kita masih dalam pemeliharaanNya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com