Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penemuan Ilmiah yang Membuka Jalan Pengobatan HIV/AIDS

Kompas.com - 03/12/2016, 11:00 WIB

KOMPAS.com - Sampai hari ini memang belum ada obat atau vaksin untuk HIV/AIDS, penyakit yang diderita sekitar 37 juta orang di dunia. Tapi, ada alasan untuk berharap karena riset-riset yang dilakukan semakin menjanjikan.

Kemajuan pengobatan dan pencegahan infeksi HIV memang terus meningkat. Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia, di tahun 2015 angka kematian karena penyakit ini jauh lebih rendah dalam 20 tahun terakhir. Angka penularan HIV baru juga mencapai titik terendah sejak tahun 1991.

Kemajuan terapi HIV/AIDS itu paling tidak karena akses terhadap pengobatan antiretroviral (ARV) semakin luas. Pada tahun 2015, setidaknya 2 juta orang mengonsumsi ARV, angka tertinggi dalam sejarah penyakit ini.

Pada peringatan Hari AIDS 2016 ini, perbaharui pengetahuan Anda akan penemuan yang signifikan, termasuk pengobatan dan vaksin yang sedang dikembangkan untuk mengatasi HIV/AIDS, seperti dikutip dari Huffingtonpost.com.

1. Vaksin HIV
Virus HIV tidak mungkin dikalahkan oleh sistem kekebalan tubuh manusia karena ia memiliki kemampuan bermutasi dengan cepat untuk mengubah permukaan protein sehingga tidak terdeteksi.
Dalam penemuan terbaru, antibodi atau protein yang diproduksi oleh sistem imun tubuh untuk menghancurkan patogen, mampu menetralisir berbagai varian dari strain HIV.

Sebelumnya, antibodi paling kuat yang diidentifikasi cuma mampu menetralisir 90 persen dari varian HIV. Sementara dalam riset terbaru, N6, nama antibodi itu, bisa menetralisir sampai 98 persen. Tim ilmuwan dari National Institute of Health berhasil mengisolasi antibodi N6 dari darah seseorang yang terinfeksi HIV.

Dari antibodi itu, para ilmuwan akan mengembangkannya menjadi vaksin untuk mencegah penularan HIV.

Kelompok ilmuwan lain yang mengembangkan vaksin HIV bahkan sudah sampai pada tahap uji coba pada manusia. Dalam waktu dekat, vaksin tersebut akan diuji coba pada populasi di Afrika Selatan yang memiliki angka penularan HIV tinggi di dunia.

2. Pengobatan yang sukses pada monyet
Sebuah eksperimen vakin yang dikombinasikan dengan zat yang bisa merangsang sistem imun mampu menekan SIV (versi HIV pada monyet) sampai pada level tak terdeteksi, seperti halnya pengobatan ARV pada manusia.

Penemuan yang menggembirakan itu ditemukan pada 3 dari 9 ekor monyet yang mendapatkan terapi kombinasi. Walau begitu, para ahli tetap merasa hasil itu menjanjikan untuk pengembangan obat HIV di masa depan.

Kelak, jika obat itu berhasil diwujudkan, seseorang bisa mendapatkan terapi yang sama dan kadar virus dalam tubuhnya dapat ditekan sampai tidak terdeteksi, tanpa harus mengonsumsi ARV setiap hari.

3. Obat yang sudah ada bisa menekan HIV
Dalam percobaan yang lain, masih kepada monyet, para ilmuwan dari Inggris berhasil menekan SIV sampai level tak terdeteksi dengan suplemen terapi ARV dengan antibodi yang mirip dengan obat vedolizumab yang sudah lebih dulu ada untuk penyakit lain.

Secara umum, level HIV naik lagi dalam seminggu setelah pengobatan dihentikan, namun dari 8 monyet yang mendapatkan uji coba ini, kadar virus tetap tak terdeteksi sampai 2 tahun.

Kabar baiknya, obat antibodi vedolizumab itu sudah lama beredar dan biasanya diresepkan untuk mengobati penyakit pencernaan. Vedolizumab bekerja dengan mencegah sel imun tubuh memasuki usus, bagian tubuh yang paling rentan mengalami kerusakan saat tahap awal infeksi HIV.

Berdasarkan hasil tersebut, para peneliti mulai melakukan pengujian vedolizumab pada manusia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com