Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/11/2016, 14:20 WIB

JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah berencana memasukkan vaksinasi guna mencegah penyakit rubela atau campak jerman dalam program imunisasi dasar pada akhir 2018. Sebagai tahap awal pengenalan vaksin ini, imunisasi dilakukan khusus pada anak-anak di Pulau Jawa tahun depan.

Vaksin rubela akan digabung dengan vaksin campak, sebagai vaksin bivalen MR (measles-rubella). Vaksin MR menggantikan vaksin M atau campak yang ditanggung negara pada program imunisasi dasar. "Mulai 2018, seluruh Indonesia memakai MR," kata Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kementerian Kesehatan Elizabeth Jane Soepardi, Senin (28/11), saat temu media, di Jakarta.

Acara itu dihadiri Deputy Chief Executive Officer Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI) Anuradha Gupta, perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Vinod Bura, Perwakilan Program PBB untuk Anak-anak (Unicef) Oya Zeren Afsar, dan perwakilan Bank Dunia Ali Subandoro.

Rubela adalah penyakit menular akibat virus rubela yang lebih banyak terjadi pada anak dan orang dewasa muda. Gejala penyakit itu pada anak antara lain bercak merah, demam kurang dari 39 derajat celsius, radang selaput mata (konjungtivitis), dan mual. Pada orang dewasa, umumnya perempuan, itu memicu artritis dan nyeri sendi selama 3-10 hari. Virus itu menular di antara manusia.

Jika menginfeksi ibu hamil, kemungkinan 90 persen virus itu menular ke janin. Itu memicu bayi lahir mati ataupun mengalami kelainan bawaan rubela (CRS) berupa tuli, kebutaan, autisma, diabetes, dan disfungsi tiroid. Data WHO mencatat, lebih dari 100.000 bayi di dunia lahir dengan CRS per tahun.

Di Indonesia, menurut data Kantor Regional Asia Tenggara WHO (WHO SEARO) 2010, prevalensi kelainan bawaan di Indonesia 59,3 per 1.000 kelahiran hidup. Menurut Riset Kesehatan Dasar 2007, ada 1,4 persen bayi baru lahir usia 0-6 hari dan 18,1 persen bayi baru lahir usia 7-28 hari meninggal karena kelainan bawaan. "Sebagian penyebabnya adalah rubela," kata Jane.

Jutaan anak

Pengenalan vaksin MR di Indonesia menyasar anak berusia 9 bulan sampai 15 tahun. Jadi, vaksin diberikan sekali pada semua anak rentang usia itu berjumlah 70 juta jiwa. Untuk Jawa, fase pengenalan imunisasi MR di Jawa Agustus-September 2017, dan di luar Jawa pada Agustus-September 2018. Itu agar terbentuk kekebalan sampai dewasa.

Mulai Oktober 2017, MR akan menggantikan vaksin campak di Jawa, sesuai jadwal imunisasi campak (di usia 9 bulan, 2 tahun, dan di usia 7 tahun). MR menggantikan vaksin M di seluruh Indonesia mulai Oktober 2018 setelah area luar Jawa tercakup.

Terkait hal itu, GAVI memberi hibah 27 juta dollar AS guna kampanye vaksin MR. Sementara biaya operasional imunisasi 3,9 juta dollar AS dengan APBN. Efektivitas vaksin rubela 90 persen. Efek samping vaksin MR yakni bercak merah dan demam, dan jarang terjadi," kata Jane.

Bura mengatakan, jutaan dosis vaksin MR digunakan dan terbukti aman. Vaksin MR yang akan dipakai di Indonesia sesuai standar internasional keamanan, mutu, dan khasiat. Cakupan global vaksin itu 46 persen dan dipakai di 147 negara.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Koesmedi Priharto, kemarin, menyatakan, pada 2017 ditargetkan 150.000 siswi SD kelas V dan VI di DKI Jakarta mendapat vaksin Human papillomavirus (HPV). Vaksin untuk mencegah kanker serviks atau leher rahim itu perlu diberikan sejak usia dini untuk membentuk antibodi sejak awal dan akan bertahan lama.

Ketua Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia Prof Andrijono mengatakan, imunisasi HPV ialah pencegahan primer kanker serviks. Jika diberikan dua kali pada kelompok perempuan usia 9-13 tahun, tingkat keberhasilan 100 persen. "Tak ada efek samping serius vaksinasi HPV," ujarnya. (JOG/ADH/HLN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau