Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Produk Tembakau Tanpa Asap Percepat Kematian Pasien Kanker Prostat

Kompas.com - 06/11/2016, 17:05 WIB
Lily Turangan

Penulis

KOMPAS.com - Produk tembakau tanpa asap berbentuk seperti teh celup yang disebut snus, dapat meningkatkan risiko kematian pada pasien kanker prostat, demikian menurut sebuah studi baru.

"Selama ini snus dianggap sebagai alternatif yang "lebih sehat" dari rokok, karena tidak mengeluarkan asap yang selama ini dianggap berkaitan erat dengan kanker," kata penulis studi, Kathryn Wilson. Wilson adalah seorang ilmuwan peneliti di Harvard T.H. Chan School of Public Health di Boston.

"Namun, kami menemukan bahwa pria dengan kanker prostat yang menggunakan snus, mengalami peningkatan risiko kematian lebih awal," kata Wilson lagi.

Wilson dan rekan-rekannya menganalisa data pemeriksaan kesehatan ribuan orang di Swedia antara tahun 1971 sampai 1992.

Para peneliti menemukan bahwa dibandingkan dengan pria yang tidak pernah menggunakan tembakau, mereka yang menggunakan snus tapi tidak merokok, memiliki risiko kematian lebih cepat karena kanker prostat 24 persen lebih tinggi selama masa studi.

Mereka juga memiliki risiko kematian karena bermacam-macam penyakit sebanyak 19 persen lebih tinggi.

Di antara pasien yang kankernya belum menyebar, mereka yang menggunakan snus tapi tidak merokok, tiga kali lebih berisiko meninggal lebih cepat akibat kanker prostat dibandingkan mereka yang tidak pernah menggunakan tembakau.

"Ada beberapa bukti dari studi terhadap hewan bahwa nikotin dapat meningkatkan risiko kanker. Pengguna snus memiliki tingkat nikotin dalam darah yang tertinggi," kata penulis studi yang lain, Sarah Markt, dari Harvard.

Meskipun snus merupakan produk tanpa asap, pengguna snus tetap terpapar karsinogen tembakau dalam bentuk yang lain.

"Hal ini menunjukkan, bahwa efek kesehatan dari produk tembakau tanpa asap, harus dipelajari secara berhati-hati oleh pejabat kesehatan masyarakat setempat," kata Markt.

Studi ini telah dipublikasikan pada 12 Oktober di International Journal of Cancer.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com