KOMPAS.com - Desa akan menjadi subyek dalam program restorasi gambut. Restorasi diharapkan tidak hanya memperbaiki kualitas gambut tetapi juga meningkatkan kesejahteraan warga sekitarnya.
Hal itu diungkapkan Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG), Nazir Foead, dalam pembukaan Jambore Masyarakat Gambut di Jambi, Sabtu (5/11/2016).
"Kami menyadari pembangunan yang mengedepankan desa. Karenanya program restorasi juga akan mengedepankan desa dan seiring dengan pembangunan," kata Nazir.
Ia mengungkapkan, pembangunan yang mengedepankan desa diwujudkan BRG lewat program Desa Peduli Gambut. Kini program itu telah dirintis di 104 dari 1205 desa yang berada di 2,4 juta hektar area restorasi.
Di desa-desa tersebut, BRG akan mengenalkan pengelolaan gambut lestari. Masyarakat bisa mengembangkan komoditas pertanian ramah gambut seperti jelatung rawa, nanas, dan kopi.
Suprayoga Hadi, Dirjen Pembangunan Daerah Tertentu, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, menyatakan dukungannya terhadap program restorasi dan pemberdayaan masyarakat sekitar gambut.
Pihaknya menyiapkan dana desa untuk pembangunan. "Dana itu bisa dipakai untuk restorasi. Misalnya mau membangun sekat kanal, bisa pakai dana tersebut," ungkap Hadi.
Dana desa juga bisa digunakan untuk membeli bibit unggul tanaman. Sejumlah tanaman diketahui bisa dikembangkan di wilayah gambut, mulai nanas, kopi, bahkan beras.
Penggunaan dana desa untuk pembangunan, kata Hadi, harus disepakati bersama oleh masyarakatnya. "Harus disepakati bahwa itu adalah prioritas," jelasnya.
Untuk tahun 2016, kementeriannya mengalokasikam dana sebesar Rp 46 triliun. Dana yang diterima tiap desa kurang lebih sebesar Rp 500-600 juta.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.