Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Planet Layak Huni Terdekat dari Tata Surya, Seperti Apa Rasanya jika Hidup di Sana?

Kompas.com - 25/08/2016, 17:30 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com — Sebuah planet yang mengorbit bintang terdekat dari Tata Surya ditemukan. Proxima b, begitu planet itu sementara disebut, dinyatakan berpotensi layak huni.

Penemuan planet itu membangkitkan harapan untuk menemukan "bumi kedua" di alam semesta. Dengan jaraknya yang hanya 40 triliun kilometer, sangat dekat dalam skala astronomi, planet itu terbilang bisa dijangkau.

"Planet batuan layak huni di Proxima adalah lokasi yang paling bisa dituju manusia setelah Matahari mati 5 miliar tahun dari sekarang," kata Avi Loeb dari Harvard Smithsonian Center for Astrophysics.

Avi yang menjadi penasihat Breakthrough Starshot, program yang akhirnya berhasil menemukan planet ini, mengatakan bahwa dengan teknologi sekarang Proxima b memang sulit dijangkau.

Kepada National Geographic, Rabu (24/8/2016), Avi mengungkapkan, dengan kecepatan 20 persen laju cahaya saja, butuh 20 tahun untuk menuju Proxima b. Tak ada pesawat, untuk saat ini, yang bisa secepat itu.

Namun, dengan sisa waktu miliaran tahun sebelum Matahari mati, manusia masih punya banyak kesempatan untuk mengembangkan teknologi guna menuju ke planet tersebut.

Nah, apabila manusia nanti akan bisa hidup di sana, seperti apa kira-kira gambaran kehidupannya? Apakah manusia akan mengalami hal yang sama dengan di Bumi?

Sejauh ini, tak ada planet yang 100 persen mirip Bumi. Proxima b sendiri hanya mirip Bumi karena tersusun atas batuan dan terletak di goldilocks zone, zona dengan suhu pas yang memungkinkan keberadaan air cair.

Dengan demikian, jangan mendambakan melihat tumbuhan hijau disertai bunga mawar merah, laut biru dan pasir putih, atau Matahari seperti di Bumi.

Proxima b terletak sangat dekat dengan bintangnya, Proxima Centauri. Jaraknya hanya 7,5 juta kilometer. Coba bandingkan dengan jarak Matahari dan Bumi yang mencapai 149 juta kilometer.

Dengan jarak sedekat itu, salah satu konsekuensinya adalah waktu yang lebih singkat. Manusia bakal merayakan tahun baru setiap 11,2 hari.

Jarak yang dekat juga membuat Proxima b terkunci oleh bintangnya, disebut tidal lock. Hanya satu sisi planet yang menghadap bintangnya, persis seperti Bulan dan Bumi.

Konsekuensinya, akan ada wilayah yang selamanya malam, selamanya siang, dan selamanya mengalami pemandangan seperti senja. Konsep waktu akan berbeda dari di Bumi.

Manusia juga tak akan mengalami musim. Perbedaan cahaya yang diterima dari bintang hanya terjadi karena variasi jarak.

Don Lincoln, fisikawan di Fermilab, dalam tulisannya di CNN, Rabu, mengatakan bahwa karakter Proxima Centauri sebagai bintang katai merah akan memengaruhi evolusi kehidupan di Proxima b.

Proxima b hanya menerima 0,17 persen sinar yang diterima Bumi dari Matahari. Sinar ada dalam bentuk inframerah dan sinar X. Sinar X yang diterima Proxima b lebih besar dari yang diterima Bumi dari Matahari.

Proxima Centauri juga dikenal dengan "Flare Star". Pada saat tertentu, bintang itu akan menghasilkan lebih banyak sinar. Saat itu, sinar X yang diterima Proxima b bisa 10 kali lipat dari biasanya.

Jika saja ada tumbuhan di Proxima b, maka warnanya tak akan hijau. "Karena sinar bintang redup, kemungkinan besar tumbuhan di sana (bila ada) berwarna hitam," kata Lincoln.

"Cahaya bintang akan menjadi sesuatu yang sangat berharga. Tumbuhan akan berevolusi untuk mengoleksi setiap cahaya yang ada," imbuhnya seperti dikutip CNN.

Di atas semua itu, apakah Proxima b tersebut memang menjanjikan tempat untuk hidup? Dengan pengetahuan saat ini, bisa dibilang tidak.

Istilah layak huni tak begitu tepat. Sebab, "habitable" hanya merujuk pada komposisi planet yang berupa batuan serta lokasinya yang ada di goldilocks zone.

Guillem Anglada Escude, astronom dari Queen Mary University of London yang memimpin studi, bahkan mengatakan bahwa saat ini bahkan belum diketahui apakah planet itu punya atmosfer.

Atmosfer sangat penting. Astronom amatir Ma'rufin Sudibyo mengatakan bahwa keberadaan atmosfer akan menentukan suhu permukaan.

"Temperatur permukaan prakiraannya 30 derajat Celsius kalau punya atmosfer. Kalau enggak punya, suhu permukaannya minus 40 derajat Celsius rata-rata," katanya.

Untuk bisa mendukung kehidupan, setidaknya harus ada air cair. Jika tak punya atmosfer, maka air cair akan sulit didapatkan.

Namun, segala yang belum pasti itu menarik. Manusia bisa mengembangkan wahana untuk menuju ke Proxima b. Siapa tahu, hal besar bisa ditemukan.

Butuh waktu lama untuk benar-benar mengetahui apakah Proxima b benar-benar bisa dihuni. Wahana antariksa saja butuh 20 tahun untuk ke sana.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com