KOMPAS.com - Jerapah terancam punah dari muka bumi. Populasinya kini tinggal 90.000 di alam liar Afrika, merosot 40 persen dari populasi 15 tahun lalu sebanyak 150.000.
Populasi jerapah lebih sedikit dari gajah Afrika, hewan terancam punah yang mendapatkan perhatian lebih besar. Saat ini, populasi gajah Afrika sebanyak 500.000.
Ahli jerapah Dr Julian Fennessy mengatakan, "Semua orang berpikir jika mereka ada dimana-mana tapi kenyataannya tidak demikian. Jumlahnya terus menurun. Akan sangat menyedihkan hidup dunia tanpa jerapah."
Saat ini, jerapah sudah punah di 7 negara. Salah satu populasi yang terancam kini adalah Jerapah Rothchild yang hidup di Taman Nasional Murchison Falls, Uganda. Kelompok tersebut hanya beranggota dari 1000 jerapah.
Fennesy meluncurkan misi penyelamatan untuk memindahkan populasi Jerapah Uganda setelah mempelajari jika jumlah jerapah hanya tinggal sedikit yang tersisa.
Tim Konservasi berusaha membangun populasi baru dengan memindahkan 20 Jerapah ke tempat baru di seberang Sungai Nil. Tempat ini dianggap jauh lebih aman.
Saat ini hampir seluruh binatang hidup di sekitar Nil. Sementara pada saat yang sama, lebih dari 75 persen minyak tersimpan di bawah lahan itu dan eksplorasi kini sedang direncanakan.
"Jangan menyimpan semua telur dalam satu keranjang," kata Tom Okello, Kepala Taman Nasional Murchison Falls seperti dikutip Telegraph, 18 Juni 2016 lalu.
"Kita menyimpan sejumlah stok di luar area kaya minyak sehingga bila timbul dampak tak diinginkan akibat minyak, kita memiliki populasi lain di luar," imbuhnya.
Meski begitu bukan hal yang mudah menangkap jerapah liar. Ukuran besar membuat mereka susah ditenangkan. Apabila terlalu memaksa, mereka bisa terjatuh dan menderita karena luka yang fatal.
Pada saat yang sama, manusia yang menangkap jerapah juga bisa terancam bahaya. Seekor Jerapah dengan bobot lebih dari satu ton bisa memenggal leher seorang pria dengan sekali tendang.
Jerapak harus ditembak dengan obat penenang. Matanya harus ditutup sehingga bisa digiring dengan mudah ke trailer khusus sehingga bisa dibawa ke seberang sungai.
Tim hanya memiliki waktu 20 menit untuk semua proses tersebut. Tim harus menyadarkan kembali jerapah dengan obat tertentu. Bila tidak, jerapah beresiko mati.
Setiap jerapah akan dibekali kaliung khusus. Dengan kalung itu, peneliti bisa memantau gerak-gerik jerapah lewat satelit.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.