KOMPAS.com - Satelit terbaru yang dikembangkan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) sukses mengorbit beberapa saat setelah diluncurkan dari Bandar Antariksa Sriharikota, India, pada Rabu (22/6/2016) pukul 10.55 WIB.
Keberhasilan peluncuran satelit ini menandai satu lagi langkah maju Indonesia dalam keantariksaan. Sebelumnya, LAPAN telah berhasil meluncurkan satelit LAPAN A1/TUBSAT dan LAPAN A2/ORARI.
Peluncuran LAPAN A3 yang dikembangkan bersama Institut Pertanian Bogor (IPB) sempat tertunda 12 hari. Namun, bersama 21 satelit dari negara lain, LAPAN A3 akhirnya berhasil diluncurkan dengan roket peluncur PSLV milik India.
Thomas Djamaluddin, Kepala LAPAN, mengatakan, "Pengembangan satelit ini juga merupakan upaya mewujudkan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian."
LAPAN-A3/IPB yang 100 persen dirancang, diproduksi, dan diuji oleh ilmuwan Indonesia berfungsi untuk memantau lahan pertanian.
Instrumen yang mendukung fungsi itu adalah pencitra pushbroom 4 kanal multispektral (Red, Green, Blue dan Near-infrared) dengan resolusi 18 meter dan lebar cakupan 108 km dan kamera visibel dengan resolusi tinggi (3,5 meter).
Pemantauan tersebut akan mendukung tersedianya akurasi data dalam perencanaan masa tanam lahan persawahan yang akan berimplikasi langsung pada peningkatan ketahanan pangan.
"Hal ini tentunya akan membantu pemerintah dalam menentukan berbagai kebijakan terkait pangan, misalnya terkait impor beras," kata Thomas.
Selain itu, satelit berbobot 115 kilogram itu juga dilengkapi dengan teknologi Automatic Identification System (AIS) yang berfungsi memantau lalu lintas laut global, memerangi perikanan ilegal.
Satelit LAPAN-A3/IPB berbobot 115 kilogram atau 39 kilogram lebih berat dari satelit sebelumnya, LAPAN-A2/ORARI. Penambahan berat ini penting dalam pembuatan satelit operasional pengamatan bumi.
LAPAN A3/IPB juga berbeda dengan satelit sebelumnya karena memiliki orbit polar, melintasi kutub utara dan kutub selatan bumi.
Dengan demikian, data lalu lintas kapal yang dihasilkan satelit terbaru itu bisa melengkapio data sama yang dihasilkan oleh LAPAN A2/ORARI.
Thomas mengatakan, "program pengembangan satelit ini membuktikan kemampuan sumber daya manusia di Indonesia dalam merancang satelit berukuran mikro."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.