KOMPAS.com - Puncak Everest merupakan impian bagi hampir semua pendaki. Tapi bukan hal yang mudah untuk menakhlukkan puncak tertinggi di dunia ini.
Sejak musim pendakian resmi dibuka April lalu, Puncak Everest sudah memakan korban pertamanya. Empat orang pendaki dan seorang porter tewas dalam ekpedisi menuju puncak setinggi 8.850 meter dari permukaan laut.
Diantara banyak sebab kematian, seperti longsor dan bencana lain, penyakit ketinggian diduga menjadi sebab kematian utama para pendaki Everest.
Di Everest, penyakit tersebut bisa muncul ketika seseorang mencapai ketinggian sekitar 2.440 meter. Jika pendaki tetap berada di bawah ketinggian 3.600 meter, biasanya penyakit ketinggian tak berkembang lebih buruk.
Menurut Badan Kesehatan Nasional Inggris, seseorang yang terkena penyakit ketinggian akan menunjukkan beberapa gejala antara lain sakit kepala, kelelahan dan pusing.
Jika tidak segera mendapat bantuan medis, penyakit ini bisa jadi lebih parah dan mengakibatkan seseorang kesulitan berjalan, sesak napas, batuk cair berwarna merah mudah dan berbusa, kebingungan, hingga kehilangan kesadaran.
Eric Weiss, profesor bidang kesehatan darurat Univeritas Stanford menggambarkan, saat berada di Base Camp Khumbu Glacier di ketinggian 5400 meter, kadar oksigen hanya sekitar 50 persen dari kondisi normal.
Oksigen akan terus menurun hingga sepertiganya saat berada di puncak Everest yang memiliki ketinggian 8.850 meter di atas permukaan laut.
Semakin tinggi, tekanan udara semakin rendah. Tekanan udara yang rendah tersebut membuat oksigen lebih menyebar sehingga lebih sedikit.
"Pengurangan tekanan udara dan oksigen yang berarti punya efek merugikan pada otak dan tubuh," jelas Weiss seperti dikutip Foxnews, Rabu (1/6/2016) lalu.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.