KOMPAS.com - Sejak Jumat (3/6/2016), gunung Kerinsi terus aktif menyemburkan asap kelabu yang mencapai ketinggian 500 meter. Erupsi Kerinci menyebabkan hujan abu tipis di Desa Sungai Sikai dan Desa Tangkil Kecamatan Gunung Tujuh Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi dengan ketebalan sekitar 0,01 – 0,05 mm.
Jika diingat, status Kerinci mulai ditetapkan "Waspada" pasca gempa Bumi berkekuatan M 6,5. Gempa itu dirasakan hingga Singapura, merusak 2.663 rumah di Sumatera barat dan Bengkulu.
Bisa dipertanyakan kemudian, apakah erupsi Kerinci saat ini terkait gempa Bumi? Secara umum, mungkinkah erupsi gunung berapi dipengaruhi oleh aktivitas gempa Bumi? Untuk menjawabnya, perlu dilihat letak Kerinci atau gunung berapi tertentu secara relatif terhadap patahan-patahan sumber gempa.
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan, "Kerinci terletak di zona sesar Sumatera dan relatif dekat dengan zona subduksi lempeng."
Proses pembentukan Kerinsi sendiri tidak lepas dari tektonik dan vulkanik di wilayah tersebut. Dengan demikian, kondisi fisiografi, kegempaan, dan kegunungapian-nya pun juga tak lepas dari aktivitas sesar Sumatera dan subduksi hasil tumbukan lempeng Indo-Australia dan Eurasia di barat Sumatera.
"Jika aktivitas gunung api sebagai bagian dari aktivitas subduksi lempeng, maka meningkatnya aktivitas Gunung Kerinci saat ini tidak lepas dari aktivitas seismik dan dinamika tektonik regional yang sedang aktif akhir-akhir ini," kata Daryono.
Secara umum, gempa bumi memang dapat mengaktifkan erupsi gunung berapi. Sebabnya, aktivitas gunung berapi memengaruhi aktivitas tektonik di kantung magma. Gempa bumi besar bisa memicu aliran magma ke kantung magma untuk selanjutnya dilepas keluar. Terjadilah erupsi.
Mengutip hasil penelitian, Daryono menjelaskan, "Aktivitas erupsi gunung api lebih sering terjadi pada gunung api yang terletak di zona tektonik paling aktif."
Daryono mengungkapkan bahwa ada sejumlah teori tentang cara gempa bumi memicu erupsi. Teori pertama, tegangan gelombang gempa menimbulkan tekanan yang kemudian merambat ke tempat magma berada, membuatnya naik ke kantung magma dan kemudian dilepaskan.
Ada pula teori lain yang menyatakan bahwa gempa bumi besar bisa mengubah tekanan gas di dalam dapur magma sehingga memicu erupsi.
"Fenomena ini dapat dianalogikan seperti sebuah botol minuman soda yang dikocok hingga timbul gelembung-gelembung gas yang kemudian bergerak naik, selanjutnya menekan dan melepaskan sumbatan hingga terjadi letupan keras," jelas Daryono kepada Kompas.com, Minggu (5/6/2016).
Namun apakah semua erupsi gunung berapi yang berdekatan dengan gempa saling terkait? saat gempa Yogyakarta 2006 misalnya, warga menyaksikan Merapi mengepulkan asap. Apakah keduanya terkait?
Dari Kerinci dan gempa Bumi yang memicunya, kita semakin mendapartkan pengetahuan bahwa orang Indonesia hidup di negeri yang dikelilingi bencana. Maka, membangun kewaspadaan adalah hal yang perlu.