KOMPAS.com — Lama menjadi menu makanan masyarakat yang tinggal di Gunung Gandang Dewata, Mamasa, Sulawesi Barat, jenis katak yang termasuk genus Limnonectes diduga merupakan jenis baru.
Pakar reptil dan amfibi dari Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Amir Hamidy, mengatakan, katak itu memiliki karakteristik yang tak dijumpai pada katak-katak umumnya.
Amir dan timnya menemukan katak tersebut saat melakukan Ekspedisi Widya Nusantara 2016 ke Gandang Dewata, menjelajah ekosistem hutan pegunungan yang berada pada ketinggian 1.700 meter di atas permukaan laut.
Ia mengatakan, "Kekhasan yang paling menonjol adalah ukurannya cukup besar, jantan lebih besar dari betina. Ini tak biasa pada katak."
"Granula-nya juga menonjol sekali," katanya ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (17/5/2016). Granula adalah tonjolan-tonjolan kecil yang umum dijumpai pada permukaan tubuh katak.
Katak ini juga hidup di dataran tinggi. Sementara itu, katak-katak lain yang kekerabatannya masih dekat umumnya hidup di dataran rendah Sulawesi dan Maluku.
Amir yakin bahwa katak itu merupakan jenis baru setelah membandingkannya dengan koleksi katak di British Museum di Inggris dan Naturalis Leiden di Belanda.
Saat ini, tim peneliti dari LIPI tengah melakukan analisis molekuler untuk mengonfirmasi kebaruan jenis katak tersebut. Analisis itu didasarkan pada profil DNA.
Menurut Amir, salah satu spesies dalam golongan Limnonetes itu terdapat dalam jumlah yang cukup melimpah walaupun belum dihitung benar populasinya.
Katak itu mungkin dimakan oleh warga lokal karena ingin mendapatkan sumber protein. "Karena wilayah Gandang Dewata kan dataran tinggi, jauh dari laut," kata Amir.