KOMPAS.com — Matahari tampak seperti memiliki tahi lalat bila dilihat dari Medan pada Senin (9/5/2016) yang lalu.
Jangan salah sangka, obyek itu bukan bintik matahari. Obyek itu sebenarnya adalah Planet Merkurius yang tengah melintas di muka Matahari.
Senin lalu memang hari yang istimewa karena Bumi, Merkurius, dan Matahari terletak segaris.
Fenomena tersebut hanya terjadi 13-14 kali dalam seabad, dan disebut "gerhana Merkurius". Momen singgah pada Senin lalu adalah yang ketiga pada abad ke-21.
Sebenarnya, momen pergerakan Merkurius kemarin cukup menantang untuk diamati dari Indonesia.
Kontak pertama terjadi pada pukul 18.12 WIB. Saat itu, sebagian besar wilayah Indonesia sudah memasuki malam. Hanya Aceh dan Sumatera Utara yang masih kebagian sinar Matahari.
Itu pun tak membuat pengamatan mudah.
Waktu di Aceh dan Sumatera Utara pun sudah memasuki senja. Posisi Matahari sudah cukup rendah sehingga pengamatan harus dilakukan dengan cermat.
Di tengah tantangan itu, sejumlah pengamat dari Observatorium Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (OIF UMSU) berhasil mengamati dan memotretnya.
Pengamatan dilakukan dengan teleskop Bresser Messier AR 152 dan kamera QHY5II-M.
Foto yang diabadikan tim OIF UMSU menunjukkan Merkurius sebagai bintik hitam di tepian piringan Matahari. Bintik tak terlalu jelas sebab momen ini diabadikan di tengah cuaca yang berawan tebal.
"Gerhana Merkurius" berikutnya akan terjadi pada tahun 2019, dan Indonesia pun tak punya kesempatan untuk mengamati momen ini. Pengamatan momen serupa dari Indonesia mungkin baru akan terjadi pada tahun 2032.