KOMPAS.com – Survei yang dilakukan WWF Indonesia menunjukkan bahwa wilayah koridor antara Taman Nasional Betung Karihun (TNBK) dan Taman nasional Danau Sentarum (TNDS) adalah hotspot orangutan yang penting.
"Kawasan koridor sebagai habitat biodiversitas memiliki peran penting dalam mendukung konservasi orangutan dan habitatnya, serta untuk mendukung keberadaan sub-spesies ini untuk jangka panjang,” ujar Albertus Tjiu, Program Manager WWF Indonesia di Kalimantan Barat.
TNBK sendiri, berdasarkan survei WWF Indonesia tahun 2005, merupakan habitat bagi 550 - 1830 individu orangutan. Sementara TNDS menurut survei WWF Indonesia tahun 2009 memiliki 771 - 1006 individu orangutan.
Tahun 2009, WWF Indonesia menyurvei wilayah koridor TNBK dan TNDS, terutama wilayah Daerah Aliran Sungai Labian Leboyan. Survei menunjukkan, wilayah koridor menjadi tempat hidup penting bagi orangutan. Ada 581 individu orangutan yang hidup di wilayah tersebut.
WWF Indonesia kembali melakukan survei pada tahun 2011 untuk mengetahui persebaran orangutan di kawasan koridor.
Tim survei melakukan monitoring di 40 jalur transek, yang meliputi empat kawasan desa, diantaranya Melemba, Sungai Ajung, Mensiau, dan Labian. Survey ini dilakukan di dua tipe habitat hutan, yaitu hutan rawa dan hutan dataran rendah, dengan panjang jalur transek 38,068 kilometer.
Dari hasil survei tersebut, total sarang yang dijumpai sebanyak 539 sarang, dengan perincian hasil pengamatan sarang di jalur transek ditemukan sebanyak 291 sarang, dan hasil observasi di luar jalur transek di jumpai sebanyak 248 sarang
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, persebaran orangutan dari jumlah distribusi sarang orangutan lebih banyak dijumpai pada bagian selatan kawasan koridor. Persebaran tersebut mulai terputus dibagian tengah dan kembali ada lagi dibagian utara kawasan koridor.
Di DAS Labian leboyan, orangutan dijumpai di setiap lokasi, namun populasi pada hutan dataran rendah lebih tinggi daripada hutan rawa. Sebaran di rawa ada di kiri dan kanan sungai sedangkan dataran rendah ada di beberapa perbukitan.
“Hal ini dapat terjadi karena pada bagian tengah kawasan koridor telah banyak pembukaan hutan yang menjadi areal persawahan, pertanian dan perkebunan. Fragmentasi habitat merupakan masalah serius bagi orangutan, karena sebagai satwa arboreal mereka memerlukan pohon-pohon tinggi dengan kanopi atau tajuk pohon untuk pergerakannya," kata Albertus.
"Bagian tengah kawasan ini (koridor) juga merupakan areal yang sarat akan aktivitas penduduk dan keberadaan jalan raya di kawasan tersebut memotong wilayah koridor menjadi dua bagian, yaitu bagian utara dan bagian selatan,” imbuhnya.
Meski bisa dikatakan sedikit lebih aman, orangutan di bagian utara koridor tak luput dari ancaman. Salah satu ancamannya adalah aktivitas perburuan yang dilakukan oleh masyarakat yang mendiami wilayah tengah koridor.
Hal ini dapat mengganggu populasi orangutan dan berakibat terjadinya penurunan jumlahnya. Menyikapi kondisi tersebut, WWF bersama pemerintah daerah setempat dan pihak terkait sudah berupaya melakukan berbagai kegiatan yang bertujuan memberikan pemahaman kepada masyarakat dan konservasi seperti kampanye rutin setiap enam bulanan.
Pada bagian selatan koridor, distribusi orangutan hampir merata baik dari sebelah barat maupun dari sebelah timur.
Bagian selatan kawasan koridor memiliki dua variasi habitat. Bagian barat terdiri dari hutan rawa dan dataran rendah sedangkan bagian timur hutan rawa saja. Bagian barat dan timur dibatasi oleh Sungai Leboyan yang cukup lebar. Jadi, bisa diasumsikan bahwa orangutan di barat dan timur ini tidak dapat saling berhubungan dan merupakan kelompok yang berbeda.
Hutan di bagian selatan koridor, relatif aman dari kegiatan seperti perkebunan dan pertanian yang dilakukan masyarakat di pinggir kanan kiri sungai Leboyan. Wilayah rawa yang selalu tergenang memang tak mudah disulap jadi lahan pertanian.
Namun, di bagian barat kawasan ini pernah menjadi area illegal logging, yang terlihat di beberapa transek dengan kondisi hutan yang sedikit terbuka. Sedangkan di bagian timur, kondisi hutan masih relatif tertutup.
Keberadaan orangutan di bagian selatan relatif lebih aman sebab wilayah ini merupakan area penyangga kawasan TNDS. Selain itu, masyarakat Dayak Iban yang hidup di wilayah sekitar percaya bahwa orangutan merupakan jelmaan nenek moyang sehingga pantang bagi mereka untuk membunuh atau mengkonsumsi orangutan.
Populasi orangutan diwilayah koridor yang memiliki luas 112.976,19 hektar ini belum bisa diperkirakan secara detail, mengingat masih banyak faktor yang sangat berpengaruh dalam ektrapolasi.
Beberapa faktor diantaranya adalah sampling yang dilakukan belum cukup mewakili semua lokasi koridor terutama di bagian utara yang berbatasan dengan kawasan TNBK. Selain itu, belum cukupnya pembanding untuk sampling transek pada tipe hutan dataran rendah yang ada dalam koridor.
Meski demikian, perkiraan populasi orangutan secara kasar menurut survei tahun 2011 adalah sebanyak 585 individu. Angka tersebut diambil dari perhitungan jumlah populasi di setiap lokasi pengamatan.
Untuk sementara, bisa disimpulkan, berdasarkan data populasi orangutan yang dijumpai di wilayah koridor dalam survei yang dilakukan pada tahun 2011 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan populasi pada tahun 2009.
Untuk mempertahankan keberlangsungan hidup dan keberadaan orangutan di lokasi ini, perlu dilakukan upaya konservasi untuk mempertahankan eksistensi orangutan.
Pendidikan konservasi dan program lainnya mengenai pentingnya pelestarian habitat dan satwa liar, juga harus diberikan secara rutin kepada masyarakat. Salah satu contoh misalnya pengalihan kebiasaan masyarakat sebagai pemburu ke profesi lainnya, seperti pemandu ekowisata dapat dijadikan alternatif kegiatan.