Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/04/2016, 21:16 WIB

KOMPAS.com - Para peneliti di Universitas Teknologi Sydney sedang menjalani misi penting menemukan cara mengatasi prevalensi superbug (kuman super) di seluruh dunia.
 
Mahasiswa peneliti Jana Soares selama berhari-hari merawat cacing dengan kombinasi antibiotik dan anti-mikroba peptide yang umum digunakan untuk pengawetan makanan.
 
Cacing-cacing tersebut terinfeksi dengan superbug yang umum dijumpai, Pseudomonas aeruginosa, yang resisten terhadap banyak jenis antibiotik. Bakteri ini umum menginfeksi manusia yang dirawat di rumah sakit selama lebih dari 1 minggu dan bisa mengancam keselamatan jiwa.
 
"Ini merupakan penelitian yang penting karena kita tengah berusaha mengembangkan pengobatan bagi pasien di masa depan,” kata Soares.
 
"Saat ini antibiotik yang kita gunakan tidak lagi digunakan di klinik karena bacteri sudah mengembangkan resistensinya terhadap antibiotik tersebut,”
 
"Kita perlu menemukan antibiotik baru atau cara yang baru untuk menurunkan resistensi mikroba itu terhadap antibiotik,”
 
Soares, adalah mahasiswa AS yang dikirim belajar dengan dana beasiswa pasca sarjana Fulbright, menindaklanjuti temuan sebelumnya oleh Associate Professor Cynthia Whitchurch dari lembaga ithree UTS.
 
Dia menularkan cacing nematoda dengan strain dari P. aeruginosa berflourescent yang akan bersinar hijau di bawah mikroskop.
 
Hal ini memungkinkan dia memantau apakah ada penurunan bakteri setelah nematoda diberikan kombinasi antibiotik.
 
Jika cacing berhasil hidup, maka peneliti berencana mengujicoba model ini pada tikus sebelum melakukan uji klinis – jika metode ini terbukti sukses.
 
"Ini merupakan batu loncatan yang baik untuk mendapatkan gambaran bagaimana kita bisa menemukan metode baru untuk mengatasi resistensi antibiotik,” katanya.

"Semua hal yang bisa kita lakukan untuk memahami bagaimana mengatasi resistensi antibiotik ini atau menemukan antibiotik baru akan mampu menyelamatkan nyawa manusia,”
 
"Resistensi terhadap antibiotic saat ini menjadi sumber keprihatinan kesehatan masyarakat di seluruh dunia,”
 
Keprihatinan warga Australia menjadi semakin signifikan beberapa waktu terakhir menyusul laporan mengenai seorang pria di Victoria yang meninggal setelah terinfeksi Klebsiella pneumonia yang resisten terhadap pengobatan antibiotik.
 
Laporan yang dipublikasikan di Jurnal Kesehatan Australia ini menyebutkan secara rinci kalau pria berusia 59 tahun itu terinfeksi bakteri pneumonia tersebut selama 2 bulan setelah dirawat di RS St Vincent, Melbourne  karena Pankreatitis.
 
Karena bakteri itu resisten terhadap sejumlah antibiotic, pria tersebut dalam waktu singkat kondisinya memburuk dan 5 bulan kemudian meninggal.
 
Peter Collignon, Profesor Penyakit Menular dan Mikrobiologi di Universitas Nasional Australia, mengatakan laporan seperti ini adalah salah satu alasan mengapa Australia perlu mengurangi jumlah antibiotik yang mereka gunakan.
 
"Antibiotik adalah satu-satunya obat yang memberikan masyarakat efek samping, semakin banyak antibiotik kita gunakan, semakin kita memproduksi dan memilih ‘bug’ yang tahan atau resisten dengan antibiotik atau superbug," katanya.
 
Resistensi antibiotik menjadi salah satu hal yang dapat kita turunkan kepada anggota keluarga lainnya dan sebagai masyarakat secara keseluruhan, resistensi itu akan ditularkan dari satu individu ke individu yang lain.
 
Profesor Collignon mengatakan resistensi antibiotik sekarang sudah menjadi masalah di seluruh dunia, meskipun tingkat di Australia relatif rendah karena pasokan air yang baik dan pembatasan impor daging.
 
Namun, Ia mengatakan Australia menggunakan dua kali lebih banyak antibiotik dibandingkan negara lain seperti Belanda namun tidak ada bukti yang membuat orang menjadi jauh lebih baik kondisinya.
 
"Kita bukan hendak memperoleh peringkat yang sama dengan China dan India karena permasalahan infrastruktur dan memiliki kontrol pada siapa yang bisa meresepkan antibiotik dan kualitas dari antibiotik, namun kita tengah menuju ke arah sana.”

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Usia Berapa Seseorang Merasa Paling Bahagia ?

Usia Berapa Seseorang Merasa Paling Bahagia ?

Kita
Apa Manfaat Pandan untuk Kesehatan?

Apa Manfaat Pandan untuk Kesehatan?

Oh Begitu
Berapa Usia Bintang Tertua di Alam Semesta?

Berapa Usia Bintang Tertua di Alam Semesta?

Oh Begitu
7 Tips Meningkatkan Kekebalan Tubuh Agar Tidak Mudah Sakit

7 Tips Meningkatkan Kekebalan Tubuh Agar Tidak Mudah Sakit

Oh Begitu
Apa Perbedaan Sinar UVA, UVB, dan UVC?

Apa Perbedaan Sinar UVA, UVB, dan UVC?

Oh Begitu
Apa Penyebab Sakit Leher di Pagi Hari?

Apa Penyebab Sakit Leher di Pagi Hari?

Oh Begitu
Mengapa Minum Kopi Membuat Mulas dan Ingin BAB?

Mengapa Minum Kopi Membuat Mulas dan Ingin BAB?

Oh Begitu
Seperti Apa Sepatu Anak pada 2000 Tahun yang Lalu?

Seperti Apa Sepatu Anak pada 2000 Tahun yang Lalu?

Fenomena
Bagaimana Orang Bisa Selamat Setelah Jatuh dari Ketinggian?

Bagaimana Orang Bisa Selamat Setelah Jatuh dari Ketinggian?

Oh Begitu
Apa Rahasia Cheetah yang Membuatnya Bisa Berlari Sangat Cepat?

Apa Rahasia Cheetah yang Membuatnya Bisa Berlari Sangat Cepat?

Oh Begitu
Mengapa Mars Disebut Planet Mati?

Mengapa Mars Disebut Planet Mati?

Fenomena
Bagaimana Cara Membuat Mentega?

Bagaimana Cara Membuat Mentega?

Oh Begitu
4 Gas Beracun Akibat Letusan Gunung yang Berbahaya Bagi Manusia

4 Gas Beracun Akibat Letusan Gunung yang Berbahaya Bagi Manusia

Oh Begitu
Seperti Apa Struktur Kayu Tertua di Dunia Buatan Manusia Purba?

Seperti Apa Struktur Kayu Tertua di Dunia Buatan Manusia Purba?

Fenomena
Tidak Hanya Kuning, Margarin Pernah Berwarna Merah Jambu

Tidak Hanya Kuning, Margarin Pernah Berwarna Merah Jambu

Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com