Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gempa Ekuador Mengingatkan, Indonesia Dikelilingi Generator Gempa Bumi

Kompas.com - 18/04/2016, 06:00 WIB

KOMPAS.com - Gempa berkekuatan M 7,8 mengguncang Ekuador pada Minggu (18/4/2016). Pusat gempa berada di subduksi lautan namun berdekatan dengan daratan, pada kedalaman 19,2 kilometer.

Kepala Bidang Mitigasi Gempa dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono, mengatakan, gempa yang sejauh ini menelan 77 korban tewas dan sekitar 500 luka-luka itu adalah pelajaran bagi Indonesia.

"Kita seolah dikepung generator gempa bumi dari berbagai arah," kata Daryono kepada Kompas.com kemarin. "Dibanding Ekuador ancaman gempa bumi subduksi lempeng lebih besar dialami negara kita."

Subduksi yang merupakan pertemuan dua lempeng dijumpai di sepanjang pantai barat Sumatera, pantai selatan Nusantara, dan utara Sulawesi.

Praktis, wilayah sepanjang Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Sulawesi menghadapi ancaman gempa bumi akibat subduksi lempeng aktif.

Gempa dahsyat akibat aktivitas di zona subduksi antara lain adalah gempa Aceh berkekuatan M 9,1 pada tahun 2004. Gempa itu mengakibatkan tsunami yang menelan korban 230.000 orang dari 14 negara.

Sementara itu, studi tim Institut Teknologi Bandung (ITB), BMKG, dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengungkap bahwa tsunami pun pernah terjadi berulang di selatan Jawa.

Baca: Tsunami Pernah Berulang di Selatan Jawa


Ancaman gempa di zona subduksi yang merusak pada masa depan bisa terjadi di wilayah Mentawai. Para ahli gempa memprediksi, kekuatan gempa di wilayah tersebut bisa mencapai M 9.

Temuan tim ITB, BMKG, dan LIPI mengonfirmasi potensi gempa selatan Jawa. Studi Rahma Hanifa pada tahun 2012 dari pergerakan GPS memperkirakan, potensi gempa di selatan Jawa bisa berkekuatan M 8,2 dan M 8,8.

Daryono mengatakan, gempa Ekuador memberi pelajaran akan pentingnya terus meningkatkan pemahaman masyarakat akan risiko bencana.

Setiap gempa memberikan pelajaran tersendiri. Selain gempa Ekuador, gempa Jepang berkekuatan M 6,4 dan 7 yang terjadi pada Kamis (14/4/2016) dan Sabtu (16/4/2016) pun menyimpan pelajaran.

Gempa akibat gerak sesar mendatar di daratan itu mengingatkan Indonesia pada gempa Yogyakarta berkuatan M 6,2 pada tahun 2006. Guncangan gempa yang berlangsung selama 57 detik itu merubuhkan bangunan, menewaskan lebih dari 5.000 orang.

Pakar gempa dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Widjo Kongko, mengatakan, gempa Jepang memberi pelajaran agar Indonesia serius memetakan dengan rinci sumber-sumber gempa.

"Audit infrastruktur dan bangunan tahan gempa juga harus dilakukan. Sejauh ini kita belum menerapkan standar bangunan tahan gempa dengan baik. Rumah-rumah yang telanjur dibangun tanpa memperhitungkan aspek gempa harus diperkuat," katanya seperti dikutip Kompas, Senin (18/4/2016).

Semetara itu, pakar gempa ITB, Irwan Meilano, mengatakan, gempa Jepang mengingatkan untuk selalu waspada pada sumber-sumber gempa daratan.

Ia juga mengatakan, di tengah maraknya pembangunan, sistem peringatan dini bencana perlu diperhatikan. "Selama ini pembangunan kita belum memperhatikan aspek bencana," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Mengapa Kura-Kura Melakukan Pose Superman? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Mengapa Kura-Kura Melakukan Pose Superman? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Oh Begitu
Apa yang Terjadi Jika Kita Mencoba Mendarat di Planet Gas Raksasa?
Apa yang Terjadi Jika Kita Mencoba Mendarat di Planet Gas Raksasa?
Oh Begitu
Fosil Kepala Amfibi Raksasa Ditemukan di Texas, Mirip Karakter Film ‘Toy Story’
Fosil Kepala Amfibi Raksasa Ditemukan di Texas, Mirip Karakter Film ‘Toy Story’
Fenomena
Apa yang Terjadi di Otak Seorang Psikopat? 
Apa yang Terjadi di Otak Seorang Psikopat? 
Kita
Ditemukan, Bukti Ledakan Bintang Ganda yang Mengubah Pemahaman Alam Semesta
Ditemukan, Bukti Ledakan Bintang Ganda yang Mengubah Pemahaman Alam Semesta
Oh Begitu
Evolusi Mamalia Tak Sesederhana yang Kita Duga, Fosil Baru Ubah Ceritanya
Evolusi Mamalia Tak Sesederhana yang Kita Duga, Fosil Baru Ubah Ceritanya
Oh Begitu
Genus Baru Laba-Laba Pelompat yang Ahli Berkamuflase Ditemukan di Selandia Baru
Genus Baru Laba-Laba Pelompat yang Ahli Berkamuflase Ditemukan di Selandia Baru
Fenomena
Jus Jeruk Bali Bisa Mematikan? Ini Fakta Ilmiahnya
Jus Jeruk Bali Bisa Mematikan? Ini Fakta Ilmiahnya
Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau