Dengan memasuki ruang batin diri sendiri manusia diajak untuk memahami Bhuana Alit (mikro kosmos) dan Bhuana Agung (makro kosmos), memahami diri dan lingkungannya.
Jika GMT kita maknai sebagai perayaan rasionalitas, maka Nyepi bisa kita maknai sebagai perayaan spiritualitas. Melalui keduanya, manusia sesungguhnya sama-sama ingin mengungkap misteri eksistensinya di semesta ini.
Melalui keduanya pula, manusia diajak untuk semakin bijak. Rasionalitas manusia dalam memahami banjir, misalnya, akan mengubah perilaku penanganan sampah, tata kota, hingga regulasi pengelolaan hutan. Dengan rasionalitasnya, manusia memahami bahwa perubahan alam adalah konsekuensi atas perbuatan manusia sendiri.
Demikian pula dengan spiritualitas. Melaluinya, manusia diajak untuk berperilaku bajik mengikuti mata batin.
Rasionalitas tanpa ketajaman mata batin adalah ancaman yang nyata. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD pernah mengungkapkan, lebih dari 80 persen pelaku korupsi Indonesia adalah lulusan perguruan tinggi. Semakin pintar seseorang, semakin canggih korupsinya.
"Sekarang ada ribuan orang pintar, tetapi sedikit yang berakhlak," kata Mahfud. Baca: Mahfud MD Prihatin, 80 Persen Koruptor Lulusan Perguruan.
Benarlah apa yang pernah diucapkan Bung Hatta. "Kurang cerdas dapat diperbaiki dengan belajar. Kurang cakap dapat diperbaiki dengan pengalaman, tetapi kurang jujur sulit memperbaikinya."
Nyepi yang jatuh di hari yang sama dengan GMT seolah pengingat bahwa rasionalitas manusia kiranya berkembang bersama ketajaman mata hati. Keduanya hadir untuk bersama-sama mengembangkan kemanusiaan kita.
Selamat menikmati gerhana. Selamat merayakan Nyepi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.