Mamalia yang berupa domba itu dinamai Dolly. Nama itu diambil sebab domba itu dibuat dari sel kelenjar susu (payudara pada manusia) itu membuat ilmuwan berpikir tentang Dolly Parton.
Dolly tercipta dari tiga ibu. Satu ibu menyediakan sel telur, satu yang lain menyediakan DNA, dan yang terakhir berperan mengandung hasil pembuahan.
Domba Dolly sebenarnya telah lahir pada 5 Juli 1996. Namun, ilmuwan memutuskan menuggu selama 7 bulan sebelum mengumumkan keberhasilan itu.
Sayang hidup domba Dolly tak lama. Dia mati pada usia 7 tahun, tepat pada hari Valentine 14 Februari 2003. Kematiannya disengaja. Ilmuwan mengeutanasia Dolly karena penyakit paru-paru dan arthritis yang terus berkembang.
Meski hidupnya singkat, Dolly punya enam domba kecil. Domba bernama Bonnie lahir tahun 1998, Sally dan Rossie pada tahun 1999, serta Luci, Darcy, dan Cotton pada tahun 2001.
Setelah Dolly
Doly memang akhirnya mati, tetapi tetap menginspirasi. Keberhasilan metode Walnut dan rekannya memicu banyak ilmuwan dunia untuk mengkloning hewan lain.
Julie Grisham dan rekannya dari Roslin Institute pada tahun 1998 berhasil menciptakan babi kloning. Tahun 2014, BBC memberitakan bahwa China telah berhasil menciptakan babi kloning dalam skala massal.
Tahun 1999, ilmuwan dari Texas A&M berhasil menciptakan banteng kloning pertama. Orangtua dari banteng itu menjadi hewan tertua yang pernah dikloning, umurnya 21 tahun.
Tahun 2003, ilmuwan dari universitas yang sama berhasil menciptakan rusa pertama. Kemudian, pada tahun 2007, monyet rhesus berhasil dibuat juga dengan kloning.
Metode kloning yang banyak digunakan adalah somatic cell nuclear transfer. Sederhananya, memanfaatkan inti sel tubuh individu dewasa sebagai "sperma" bagi sel telur.
Salah satu manfaat utama yang disebut adalah untuk kebutuhan riset kedokteran. Tikus, babi, dan monyet kloning bisa membantu riset obat penyakit tertentu.
Hal lain adalah menyelamatkan hewan yang terancam punah atau menghidupkan kembali yang sudah punah. Tahun 2008, ilmuwan berhasil mengkloning kambing gunung Spanyol yang sudah musnah. Sayang, hasil kloning mati cepat karena kecacatan paru.
Adakah Kloning Manusia?
Bisakah cara yang digunakan untuk mengkloning Dolly dan hewan lain bisa juga digunakan untuk mengkloning manusia? Secara teoretis bisa.
Namun, apakah sudah ada manusia hasil kloning? Sejauh ini, belum pernah ada pengumuman secara resmi dari ilmuwan tentang lahirnya manusia kloning.
Jangankan lahir, menciptakan zigot atau sel embrionik mula yang nantinya akan berkembang menjadi embrio saja masih tantangan serta penuh skandal.
Tahun 2004, ilmuwan dari Seoul National University di Korea Selatan, Hwang Woo-suk, menyatakan berhasil menciptakan sel embrionik lewat kloning dan memublikasikannya di jurnal Science. Beberapa lama kemdian, terungkap risetnya rekayasa.
Sejumlah upaya dilakukan. Terakhir, Shoukhrat Mitalipov dan rekannya dari Oregon Health and Science University berhasil menciptakan sel punca dengan kloning.
Meski demikian, berkaca dari kasus Woo-suk, ilmuwan pun mulai meminta bukti lebih akan keberhasilan itu, mencegah kepalsuan yang sama terjadi.
Walaupun mungkin ada keberhasilan, mungkin kloning manusia hanya akan ada dalam film fiksi ilmiah. Tantangannya cukup besar.
Ada pendapat bahwa kloning manusia berpotensi mendukung penyembuhan penyakit dengan menciptakan organ-organ tertentu. Namun, masalah etikanya besar. Banyak ilmuwan khawatir akan ada pelecehan kemanusiaan.
Lee Silver, profesor genetika dari Princeton University kepada PBS, mengatakan, kloning manusia mungkin tak akan berjalan. Sebab untuk pengobatan sekali pun, kloning tak menjamin lebih baik. Tak ada manfaat besar dari kloning manusia.
Wilayah dalam biologi yang kini justru sedang diperbincangkan adalah penyuntingan gen. Ilmuwan berhasil menemukan gunting molekuler yang mampu menyunting gen, bernama CRISPR Cas-9. Penyuntingan gen bisa membantu mengatasi penyakit genetik.
Teknologi ini juga pisau bermata dua baru. Penyuntingan gen memungkinkan modifikasi gen sesuai yang diinginkan, menciptakan bayi super.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.