Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratusan Tahun Berperang Melawan Nyamuk Aedes, Mengapa Manusia Tetap Gagal?

Kompas.com - 17/02/2016, 21:52 WIB

Keduanya juga nyaman berkembangbiak di bak mandi dan tempat apapun yang memiliki genangan air. "Mereka bisa breeding walaupun airnya hanya 1-2 cc," ungkap Suleha

Perilaku Manusia

Beragam karakteristik A aegypti dan A albopictus sebenarnya sudah sering disosialisasikan. Namun nyatanya, manusia memang hingga sekarang kurang menumbuhkan kewaspadaan pada wabah penyakit.

Pembangunan kawasan perumahan misalnya. Manusia senang membangun kawasan padat tanpa sistem suplai dan pembuangan air yang bagus. Akibatnya, ada banyak genangan di sekitar pemukiman.

"Lalu juga soal konsumsi plastik. Kita banyak pakai kemasan plastik dan membuang begitu saja. Itu memungkinkan adanya genangan dalam wadah," jelas Suleha.

Manusia juga kurang sadar arti penting kebersihan untuk mencegah penyakit. Contoh, bak mandi jarang dikuras sehingga menjadi medium perkembangbiakan nyamuk.

Hal lain, sementara manusia senang memelihara tanaman hias, sedikit yang memperhitungkan tanaman sebagai kontrol pada invasi nyamuk. Padahal ada tanaman yang bisa berperan sebagai penangkal nyamuk.

Survei yang dilakukan Suleha dan timnya menemukan, hunian kalangan kelas menengah merupakan kawasan yang paling rawan demam berdarah.

Salah satu sebabnya adalah kebiasaan menampung air. Masyarakat miskin terbiasa dengan air yang terbatas sehingga berhemat. Sementara masyarakat kelas menengah senang membuang dan menampung air dalam bak.

Kelas atas masih boros air namun punya lingkungan lebih bersih. Misalnya, kamar mandi sudah tidak dengan bak tetapi dengan shower dan bath up serta selalu dijaga kering.

Jadi?

Jadi, jika manusia sampai kini masih tak mampu mekakhlukkan Aedes, sebab utamanya karena manusia belum mampu menumbuhkan kesadaran untuk mengurangi risiko penyakit akibat nyamuk itu.

"Kita belum berupaya maksimal untuk mengendalikan vektor penyakit," kata Suleha. Upaya pengendalian Aedes kadang mengambil cara yang kurang efektif.

Selama 25 tahun, negara-negara Asia Tenggara fokus pada fogging. Suleha menyebut, upaya fogging tidak efektif dalam mengendalikan vektor.

"Yang di-fogging kadang hanya selokan sehingga hanya membunuh nyamuk Culex. Aedes yang banyak berada di dalam rumah tidak mati," ungkapnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com