Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berniat Identifikasi Burung, Peneliti Justru Temukan Tugu Belanda di Hutan Tangale

Kompas.com - 22/01/2016, 04:41 WIB
Kontributor Gorontalo, Rosyid A Azhar

Penulis

GORONTALO, KOMPAS.com – Kedatangan kedua staf Burung Indonesia di cagar alam Tangale bersama staf BKSDA Gorontalo awalnya hanya ingin melakukan identifikasi burung-burung yang ada di kawasan konservasi ini.

Namun, dalam perjalanannya mereka justru menemukan tugu yang berbahasa Belanda.

Secara sepintas, tugu tersebut tidak terlihat jelas karena tertutup oleh tumbuhan merambat, namun jika diperhatikan seksama akan tampak tulisan warna hitam.

“Tugu peringatan yang berada di CA Tangale, jaraknya kurang lebih 17 km dari Kota Gorontalo. Menurut informasi warga, tugu Belanda ini dibangun sebagai peringatan atas kematian masyarakat yang membangun ruas jalan Limboto-Kwandang,” kata Panji Ahmad Fauzan, Kamis (21/1/2015).

Ruas jalan yang dimaksud dalam tugu tersebut bukanlah jalan yang sekarang ada. Jalan yang dibangun pada masa kolonial itu sudah tidak digunakan lagi dan tertutup dengan pepohonan dan semak belukar.

“Informasi masyarakat Desa Buhu, Kabupaten Gorontalo mengatakan jalan masa kolonial Belanda itu sudah kembali menjadi hutan,” papar Panji.

Informasi tentang keberadaan tugu Belanda ini dibenarkan oleh AW Lihu, pemangku adat Limboto.

Pria tua yang berumur lebih dari 80 tahun ini mengatakan pembangunan jalan dari Limboto ke Kwandang dilakukan pada awal abad 20.

Pemerintah Kolonial Belanda mengerahkan tenaga kerja yang berasal dari masyarakat di tiap-tiap desa di sekitar Limboto.

“Kakeknya saya, Haji Arsyad Rahmola adalah Kadli Limboto waktu itu melakukan surat-menyurat dengan Jogugu Limboto, Olii. Dalam surat tersebut menyebutkan soal pengaturan dan jadwal tenaga kerja dalam membangun jalan menuju Kwandang” kata AW Lihu.

Menurut AW Lihu, awalnya jalan dari Limboto menuju Kwandang bukanlah yang sekarang ini atau yang dibuat Belanda masa lalu. Namun, dari perempatan desa Yosonegoro jurusan Ombulu lalu menuju Kwandang.

Dalam kebijakan pemerintah kolonial, jalan ini harus segera ditutup karena akan merusak kawasan hutan. Jalan ini dianggap sebagai akses untuk perburuan satwa dan pengambilan hasil hutan lainnya.

Atas pertimbangan itu kemudian pemerintah Belanda melakukan kerjasama dengan Jogugu Olii membangun jalan baru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com