Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bulan Purnama Langka Akan Terangi Malam Natal 2015

Kompas.com - 23/12/2015, 22:32 WIB

KOMPAS.com — Bumi akan mengalami dua peristiwa astronomi langka pada pekan ini, yakni sebuah asteroid yang melintas pada tanggal 24 Desember 2015 dan bulan purnama saat Natal pertama sejak tahun 1977.

NASA memprediksi bahwa bulan purnama berikutnya yang jatuh pada hari Natal tidak akan terjadi sampai tahun 2034.

Sementara itu, asteroid bernama 2003 SD220, yang dinamai seperti tahun penemuannya, baru akan kembali pada tahun 2018.

Bulan purnama akan terlihat paling terang pada pukul 22.11 pada malam Natal waktu Australia.

NASA telah meminta semua orang yang menatap bulan purnama saat Natal untuk memikirkan pesawat ruang angkasa Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO), yang telah meneliti permukaan bulan sejak 2009.

"Saat kita melihat bulan pada kesempatan seperti itu, perlu diingat bahwa bulan adalah lebih dari sekadar tetangga angkasa," kata John Keller dari Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard milik NASA dalam sebuah pernyataan.

"Sejarah geologi dari bulan dan bumi sangat terikat erat sehingga bumi akan menjadi planet yang berbeda secara dramatis tanpa kehadiran bulan," katanya.

Asteroid tak berbahaya

Asteroid 2003 SD220 memiliki diameter sekitar 0,7 kilometer dan diperkirakan memiliki panjang sekitar dua kilometer sehingga berpotensi cukup besar untuk dikunjungi oleh misi luar angkasa berawak pada masa depan.

Sayangnya, asteroid itu tidak akan mudah untuk dilihat karena jarak terdekatnya yang mencapai 11 juta kilometer yang merupakan 28 kali lipat dari jarak antara bumi dan bulan.

"Hanya astronom profesional dan astronom amatir yang canggih yang mampu menangkap gambar optik dari batu luar angkasa ini," tulis astronom Eddie Irizarry di situs EarthSky.

NASA mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya berencana untuk melakukan pengamatan radar terhadap asteroid "2003 SD220", yang memungkinkan para ilmuwan untuk mendapatkan gambaran yang lebih akurat tentang ukuran, bentuk, rotasi, fitur permukaan, dan kekasaran permukaannya.

"Setiap kali kami mengamati sesuatu, kami melihat sesuatu yang belum pernah dilihat. Kami membuat sesuatu yang tidak dikenal menjadi dikenal, dan sebagai ilmuwan apa yang bisa lebih baik dari itu?" kata peneliti postdoktoral, Santhanu Naidu.

Yang tak diketahui tentang asteroid SD220 termasuk mengapa ia ada di sana.

Astronom Phil Plait menjelaskan di blog Bad Astronomy bahwa SD220 tampaknya menjadi sebuah asteroid jenis-S, yang berarti sebagian besar berbatu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com