Data Stasiun Geofisika Ternate, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), sejak Senin (16/11/2015) hingga Selasa (24/11/2015), total aktivitas gempa bumi 611 kali. Namun, berdasarkan tren hariannya, saat ini menunjukkan penurunan besaran magnitudo dan frekuensi kejadian. Hari Minggu (22/11/2015) tercatat 99 kejadian dan Senin (23/11/2015) ada 73 kejadian.
Hingga kemarin, kekuatannya cenderung turun, lebih banyak di bawah magnitudo 3,0 skala Richter. Sangat jarang kekuatannya di atas 4,0 skala Richter.
"Data itu menunjukkan proses pelepasan tegangan pada batuan yang berlangsung terus karena karakteristik batuannya rapuh. Jika tegangan yang tersimpan dalam batuan habis, gempa bumi tipe swarm ini berakhir," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa dan Tsunami BMKG Daryono.
Menurut dia, fenomena swarm, peluang terjadinya gempa besar sangat kecil. "Masyarakat tak perlu khawatir ancaman tsunami karena gempa bumi swarm kekuatannya relatif kecil sehingga tak akan mampu membangkitkan tsunami," katanya.
Gempa bumi swarm, menurut Staf Ahli Bidang Kebencanaan di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Surono, merupakan fenomena alam biasa meski relatif jarang terjadi. "Fenomena gempa tektonik beruntun ini mirip gempa vulkanik menjelang letusan gunung api," katanya.
Sekalipun potensi gempa besar relatif minim, kegempaan tektonik menerus itu dikhawatirkan memicu aktivitas vulkanik di kawasan itu. "Gempa-gempa ini manifestasi tegangan yang dapat mengganggu sistem gunung api, sesar, dan hidrotermal," kata Kepala Subbidang Gunung Api Wilayah Timur Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Devi Kamil Syahbana.
Untuk aktivitas gunung api di Maluku memang belum terpengaruh signifikan meski bisa berubah cepat. Pantauan PVMBG, ada peningkatan emisi gas belerang (SO2) di wilayah Sulawesi dan Maluku, tetapi sumber persisnya tak diketahui. "Hari ini kegempaan Gunung Awu di Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, juga menunjukkan peningkatan. Statusnya dinaikkan dari Normal jadi Waspada," katanya.
Tipe gempa
Kategori gempa bumi swarm itu, menurut Daryono, didasarkan pada klasifikasi yang dilakukan ahli seismologi Jepang, Kiyoo Mogi (1963), yang membagi jadi tiga tipe. Gempa bumi tipe I dicirikan munculnya gempa bumi utama yang diikuti sejumlah gempa bumi susulan dengan kekuatan (magnitudo) dan frekuensi yang terus mengecil.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan