Inovasi, Panel Surya yang Bisa Digenggam bak "Smartphone"

Kompas.com - 24/11/2015, 17:27 WIB
KOMPAS.com — Jangan bayangkan panel surya itu selalu besar seukuran papan tulis. Di Australia, panel dalam genggaman tangan sudah banyak digunakan.

Contohnya adalah lampu panel surya portabel yang berdimensi 10 x 15 x 1 cm.

Di bagian atasnya ada 3 lampu LED dengan tingkat keterangan yang bisa diatur melalui tombol di bagian bawah. Di belakangnya terdapat panel surya berukuran 5 x 10 cm dan pengait yang bisa digerakkan. Lampu itu bisa dipasang sebagai lampu meja atau lampu gantung.

Tak perlu listrik atau baterai untuk menyalakannya. Cukup jemur perangkat di bawah sinar matahari. Voila! Lampu itu akan menyala.

Adalah Shane Thatcher yang menciptakan lampu panel surya portabel itu. Ingin menciptakan sesuatu yang lebih bermanfaat bagi sesama, Shane menciptakan lampu panel surya portabel itu untuk membantu mereka yang tak mampu dan tak terjangkau akses fasilitas listrik.

"Jutaan orang di dunia tak punya akses fasilitas listrik, tak ada minyak tanah, lilin, atau apa pun. Jadi, misi kami membantu orang marjinal, menyediakan lampu bertenaga matahari yang portabel," tutur Shane kepada jurnalis Indonesia yang sedang berada di Australia atas undangan Australia Plus ABC International pada awal Oktober 2015 lalu.

Shane sudah mematenkan ciptaannya ini di Australia dan China melalui perusahaan Illumination. Lampunya memang tak diproduksi di Australia, tetapi di China. Jumlah produksinya adalah 200.000 unit per bulan. Bila dijual, harganya sekitar 25 dollar Australia (Rp 250.000) per unit.

Tak cuma lampu panel surya portabel yang diproduksi, ada pula charger telepon seluler panel surya portabel yang berukuran mulai dari segenggam tangan hingga seukuran beberapa ponsel tablet yang dilipat-lipat.

Namun, Shane mengatakan bahwa ia lebih mengutamakan keuntungan sosial daripada keuntungan bisnis. Dia memiliki program Buy One Give One (BOGO). Dari setiap pembelian lampu panel surya portabel tersebut, perusahaannya akan memberikan satu lampu gratis kepada komunitas marjinal.

"Harapannya untuk kembali modal sangat sedikit dibanding perusahaan komersial. Namun, di sisi lain, kami mengharapkan bentuk kebaikan sosial dari segala sesuatu yang bisa kami lakukan. Jadi, kami selalu membayangkan bisa membantu orang," jawabnya kala ditanya bagaimana menyeimbangkan nilai bisnis dan nilai sosial.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terpopuler

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau