Siput itu berukuran hanya 0,7 milimeter. Kini, siput yang juga transparan itu dinobatkan sebagai siput terkecil di dunia, mengalahkan siput terkecil sebelumnya, Angustopila dominikae, yang berukuran 0,86 milimeter.
Siput yang dinamai Acmella nana (berarti "kecil") itu ditemukan ketika ilmuwan Belanda dan Malaysia menjelajahi kawasan karst di wilayah Borneo negeri jiran.
"Ketika kami pergi ke pegunungan karst, kami hanya membawa kantong plastik, dan kami mengoleksi banyak tanah dan serasah di bawah bukit kapur," kata Menno Schilthuizen, profesor evolusi dari Leiden University di Belanda, seperti dikutip Livescience, Senin (2/11/2015).
Untuk menemukan siput itu, Schilthuizen dan timnya mengaduk tanah yang dikumpulkannya hingga ada cangkang-cangkang siput yang "mengapung" di bagian atas.
Mereka lalu mengoleksi cangkang dan mengamatinya di bawah mikroskop. Mikroskop harus dipakai sebab ukuran siput terlalu kecil untuk diidentifikasi dengan mata telanjang.
Tak banyak yang diketahui tentang A nana, bahkan tentang bagaimana spesies itu bertahan hidup di alam liar. Namun, dengan membandingkan jenis siput lain bernama A polita, ilmuwan menduga, A nana hidup dengan memakan bakteri dan jamur.
Wilayah kawasan karst di daerah tropis, termasuk di Indonesia, menyimpan banyak keragaman hayati. A nana adalah salah satu yang baru saja terungkap.
Kini, kawasan karst di daerah tropis menghadapi tantangan sebab banyak dieksploitasi untuk semen. Eksploitasi bisa memusnahkan hewan-hewan kecil macam siput mini.
Walau mini, siput seperti A nana punya peran besar dalam menguraikan sampah dan material organik lain. Kalau makhluk kecil ini hilang, fungsi ekosistem bakal terganggu.