Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/10/2015, 13:00 WIB
Dr. Andreas Prasadja, RPSGT *

Penulis

Peneliti dari the Sleep and Mood Research Clinic, University of California, mempelajari pengaruh jam tidur terhadap berat badan seseorang.

Penelitian yang diterbitkan pada jurnal kedokteran SLEEP ini menemukan bahwa remaja yang tidur larut lebih mudah mengalami kenaikan berat badan dibanding mereka yang tidur lebih awal.

Obesitas dan jam biologis

World Health Organization telah menyatakan obesitas sebagai epidemi global. Obesitas merupakan sebuah penyakit multisistem yang mempengaruhi kesehatan fisik maupun emosional seseorang.

Saat ini di Indonesia khususnya, masalah obesitas masih dilihat sebagai ketidakseimbangan antara aktivitas fisik dan pola makan seseorang. Namun tidak demikian di negara-negara maju, yang telah meneliti efek kesehatan tidur bagi sistem metabolisme seseorang.

Pola tidur-terjaga atau irama sirkadian, yang dikontrol oleh jam biologis, ternyata sangat mempengaruhi sistem metabolisme seseorang. Pada remaja, para ahli menemukan bahwa mereka cenderung untuk tidur lebih larut.

Beberapa penelitian mengaku menemukan sekitar 40 persen -60 persen remaja lebih suka tidur larut. Jika semula mereka tidur di jam 9:00-10:00 malam, perlahan kita dapati tidur di atas jam 11:00 malam.

Di luar itu, penelitian yang diterbitkan pada jurnal Eating Behaviour tahun 2009, mendapati bahwa remaja yang tidur larut, cenderung lebih banyak mengonsumsi makanan cepat saji dibanding yang tidur lebih cepat.

Jurnal SLEEP tahun 2011 juga sebutkan bahwa remaja yang tidur larut 2 kali lebih beresiko alami obesitas dibanding yang tidur awal.

Tidur larut, kurang tidur dan kantuk berlebihan di kalangan remaja sudah menjadi masalah kesehatan yang mengkhawatirkan. Beberapa penelitian sebutkan angka 45 persen - 80 persen remaja alami kurang tidur di hari-hari sekolah. Yang tentu saja berakibat langsung pada prestasi akademis, olah raga, kesehatan dan kenakalan pada remaja.

shutterstock Ilustrasi
Penelitian

Kelompok peneliti menganalisa data dari 3.300 remaja dan dewasa. Jadwal tidur selama 5 tahun diikuti. Didapati bahwa setiap jam kekurangan tidur akan meningkatkan BMI sekitar 2,1. BMI (Body Mass Index) atau indeks massa tubuh adalah ukuran kegemukan seseorang yang berkisar antara 18,5-30.

Disimpulkan bahwa semakin larut remaja tidur, semakin besar juga kemungkinan pertambahan berat badannya.

Di Amerika, manusia dewasa didapati semakin kurang tidur. Dari data 2013 oleh National Sleep Foundation didapati bahwa tidur semakin berkurang. Orang Amerika rata-rata tidur 6,5 jam setiap harinya. Sangat kurang dibanding kebutuhan tidur dewasa yang berkisar antara 7-9 jam perhari. Sementara itu lingkar pinggang juga bertambah 4 kali lipat. Diperkirakan 35 persen orang mengalami obesitas.

Kesimpulan

Jam biologis remaja yang cenderung tidur larut patut diwaspadai. Dalam praktek sehari-hari semakin banyak didapati keluhan remaja yang mengalami kantuk berlebihan di siang hari. Akibatnya performa pun menurun drastis. Belum lagi resiko alami kecelakaan lalu lintas akibat kantuk.

Kegemukan pada remaja dipicu juga dengan kecenderungan ngemil saat terjaga hingga larut dan kecenderungan kehidupan digital 24 jam. Apalagi dengan semakin dimudahkannya akses makanan cepat saji di tengah malam. Dengan jumlah tidur rata-rata 6 jam 45 menit sehari, Indonesia terancam alami penurunan kualitas sumber daya manusia.

Prioritaskan kesehatan tidur untuk kualitas manusia Indonesia yang lebih baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com