Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapan Satelit Indonesia Bisa ke Antariksa Tanpa "Numpang" Roket Tetangga?

Kompas.com - 28/09/2015, 17:18 WIB
KOMPAS.com — Ibarat mau keliling kota, satelit Indonesia harus menumpang mobil tetangga. Satelit Lapan A2/Orari yang mengorbit Bumi mulai Senin (28/9/2015) harus mengantariksa dari negara tetangga karena Indonesia tak punya roket dan bandar antariksa.

Ketiadaan roket dan bandar antariksa ini merugikan. Misi Lapan A2/Orari harus tertunda tiga tahun. Sebenarnya, Lapan A2/Orari sudah siap untuk diluncurkan pada 2012. Namun, karena harus menunggu tumpangan dan jadwal kosong di bandar antariksa India, misi itu tertunda.

Indonesia sebenarnya juga ingin mandiri. Memiliki bandar antariksa seperti di Cape Canaveral di California atau Pusat Antariksa Satish Dhawan, Sriharikota, India, tempat Lapan A2/Orari diluncurkan, Indonesia juga mau. Namun, untuk memilikinya, Indonesia tak bisa cuma berwacana.

Rencana sudah ada. Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin mengungkapkan bahwa sejak lama Lapan telah menyusun roadmap menuju kemandirian antariksa. "Untuk roket kita mulai dengan pengembangan roket sonda," katanya.

Pada 13 Mei 2015 lalu, Lapan telah melakukan uji coba terbang roket RX 450 di Balai Produksi dan Pengujian Roket di Pamengpeuk, Bogor. RX 450 menjadi cikal bakal Roket Peluncur Satelit (RPS) masa depan Indonesia. Pengembangan RX 450 adalah bagian dari rencana Lapan untuk mendukung kemandirian roket.

RX 450 yang baru saja diuji coba terbang memiliki diameter 450 milimeter dan mampu mencapai ketinggian 44 km dan 129 km jika ditembakkan pada sudut elevasi 70 derajat. Roket itu mampu membawa beban hingga 50 kilogram. Setelah RX 450, Lapan mengembangkan roket selanjutnya, RX 550, yang memiliki diameter lebih besar.

Uji coba peluncuran itu adalah yang kesekian kali dilakukan Lapan. Tahun 2014, Lapan telah menguji coba terbang roket RX 320 dan RX 3240. Kedua roket tersebut adalah jenis roket sonda, roket yang biasa digunakan untuk misi meneliti parameter atmosfer, kelembaban, dan temperatur.

Untuk bandar antariksa, wacana pembangunannya sudah lama. Studi lokasi pembangunan bandar antariksa pernah dilakukan di Enggano dan Morotai. Morotai hingga saat ini menjadi calon terkuat. Bandar antariksa tersebut ditargetkan bisa mulai dibangun pada tahun 2025.

Peluncuran Lapan A2/Orari adalah bagian dari rencana untuk kemandirian satelit. Saat ini, Lapan berkonsentrasi untuk mengembangkan satelit mikro yang bisa menghasilkan data-data akurat. Lapan A2/Orari adalah tahap kedua setelah sebelumnya sudah meluncurkan Lapan A1/Tubsat.

"Lapan A2 berbeda dengan Lapan A1 karena sudah memiliki beban operasional 20 persen. Lapan A1 sepenuhnya merupakan satelit eksperimental. Artinya, kita tidak melihat dulu data-data yang dihasilkan, hanya memastikan satelit bisa berfungsi," kata Thomas saat ditemui hari ini.

Tahun depan, Lapan merencanakan peluncuran Lapan A3 yang dikembangkan bersama Institut Pertanian Bogor (IPB). Satelit itu berfungsi memantau kondisi pertanian. Beban operasional pada satelit tersebut akan ditingkatkan menjadi 40 persen. Selain itu, Lapan A3 juga akan memiliki kamera lebih mumpuni.

Selanjutnya, akan dikembangkan Lapan A4 dan A5. Lapan A4 saat ini sudah masuk masa perancangan. Sementara itu, Lapan A5 saat ini tengah menyusun target misi. Kedua satelit tersebut kemungkinan akan diluncurkan setelah tahun 2020. Lapan A5 sendiri diharapkan sudah mampu 100 persen beroperasi.

Kapan rencana itu akan bisa diwujudkan? Jawabannya bergantung pada kemauan menginvestasikan uang dan sumber daya manusia. Anggaran rekayasa hingga kini masih kecil. Tahun 2016, anggaran Lapan diperkirakan hanya Rp 700 miliar dari Rp 1,3 triliun yang diminta. Sementara itu, sumber daya manusia masih kurang.

Sebagai perbandingan, India menggelontorkan dana besar untuk kemandirian antariksa. Keantariksaan menjadi priorotas. "Karena mereka sadar bahwa banyak persoalan yang dihadapi, mulai kebencanaan, pangan, dan lainnya, bisa diselesaikan dengan teknologi antariksa," kata Thomas.

India merintis keahlian keantariksaan pada waktu bersamaan dengan Indonesia. Namun, mereka kini sudah bisa mengirim wahana Mangalyaan ke Mars. Hari ini, India meluncurkan satelit astronomi pertama, Astrosat, dengan roket yang sama dengan Lapan A2/Orari.

Teknologi antariksa kini jadi kebutuhan utama. Mau memantau kasus kebakaran hutan? Teknologi antariksa paling mumpuni dan hingga kini kita masih menggunakan data satelit asing. Mau memantau daerah terluar dan perikanan ilegal? Paling efektif juga dengan teknologi antariksa. Investasi pada teknologi antariksa takkan percuma.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Fenomena
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Fenomena
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau