Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misi Besar di Balik Nama Satelit Lapan A2/Orari

Kompas.com - 28/09/2015, 15:00 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com — Satelit Lapan A2/Orari baru saja diluncurkan pada Senin (28/9/2015) dan berhasil mengorbit 23 menit kemudian pada ketinggian 650 kilometer.

Satelit kedua yang diluncurkan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menjadi lompatan besar dalam pengembangan satelit karena 100 persen dibuat di Indonesia.

Ada cerita di balik nama Lapan A2/Orari. Nama tersebut menyimpan misi jangka panjang Lapan untuk membantu Indonesia menuju era kemandirian satelit.

Ditemui Kompas.com seusai peluncuran, Kepala Lapan Thomas Djamaluddin mengungkapkan, Satelit A merupakan satelit pertama. Itu adalah satelit eksperimen.

A2 berarti satelit eksperimen kedua yang diluncurkan. "Satelit kedua ini berbeda dengan sebelumnya karena sudah punya beban operasional 20 persen," kata Thomas.

Satelit Lapan A1/Tubsat yang diluncurkan beberapa waktu lalu 100 persen eksperimen.

Sementara itu, nama Orari merujuk pada Organisasi Radio Amatir Indonesia yang diajak bekerja sama oleh Lapan dalam pengembangan satelit.

Bersama Orari, Lapan memasang sensor automatic packet reporting system (APRS) yang berguna untuk memantau wilayah terluar dan yang terdampak bencana di Indonesia.

Nama A2/Orari juga secara tidak langsung mencerminkan misi jangka panjang Lapan dalam pengembangan satelit.

Menganggap bahwa satelit seri A adalah mikro dan eksperimen, Lapan ke depan punya misi mengembangkan satelit seri lain yang lebih canggih secara teknologi dan fungsi.

"Kita punya rencana juga untuk mengembangkan satelit nasional untuk penginderaan jauh," kata Thomas.

Pengembangan satelit adalah program yang berteknologi tinggi, berbiaya tinggi, dan berisiko tinggi.

Thomas mengatakan, pengembangan masih menemui kendala anggaran. Anggaran Lapan tahun 2016, misalnya, hanya Rp 700 miliar dari yang diajukan sebelumnya Rp 1,3 triliun. Dana untuk peluncuran satelit Lapan A3 saja sudah Rp 60 miliar.

Thomas berharap pemerintah memiliki keberpihakan pada teknologi antariksa. Teknologi itu merupakan salah satu kunci untuk menyelesaikan masalah bangsa, mulai pangan hingga kebencanaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com