Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kalajengking Penghias Langit Malam

Kompas.com - 18/09/2015, 21:26 WIB

Dalam kalander pertanian Jawa atau pranatamangsa, kemunculan Banyak Angrem merupakan penanda mangsa kalima atau musim kelima yang dinamai Manggala. N Daldjoeni dalam "Penanggalan Pertanian Jawa Pranatamangsa", 1983, menyebut musim kelima berlangsung 13 Oktober-8 November.

Musim kelima ditandai mulai datangnya hujan, daun muda tumbuh, dan munculnya hama tikus dan ulat pohon jati. Musim kelima masuk dalam masa labuh atau transisi dari musim kemarau ke musim hujan. Dalam kondisi cuaca normal, hujan di Jawa memang mulai turun di akhir Oktober.

Pada rentang 13 Oktober-8 November itu, di awal malam, Scorpius berada pada ketinggian 30-40 derajat di atas horizon. Saat bersamaan, Kantung Arang sudah tenggelam dan tidak terlihat di langit malam. Jika rentang waktu musim kelima itu diundur hingga ke era sebelum Masehi dengan menggunakan peranti lunak Stellarium, Kantung Arang tetap tak terlihat.

Kondisi itu menguatkan dugaan Banyak Angrem adalah Scorpius. Itu sejalan dengan sistem peneraan langit masyarakat Jawa yang masih sederhana, yaitu apa yang tampak dijadikan tanda. Namun, posisi Scorpius yang hampir tenggelam membuat ia seharusnya dinamai Kala Sungsang atau Sangkal Putung.

Meski belum bisa dipastikan apakah Banyak Angrem mengacu pada Scorpius atau Kantung Arang, nama Banyak Angrem banyak digunakan masyarakat Jawa, seperti untuk nama tombak pusaka yang disimpan di museum atau nama tempat.

Berdasar mitologi, Widya mengatakan, keberadaan Banyak Angrem tak bisa dipisahkan dari legenda Dewi Basundari atau Sinta yang bertemu Dewa Wrahaspati. Basundari merupakan simbol Bumi, sedangkan Wrahaspati mengacu Lintang Wrahaspati atau Jupiter.

Dari pertemuan itu, Basundari menyatu dengan Wrahaspati. Titik temu Basundari-Wrahaspati itu dalam astronomi modern disebut sebagai ekuinoks, yaitu titik temu antara ekuator langit dan ekliptika atau jalur edar semu Matahari.

Saat ini, titik ekuinoks atau titik temu Basundari-Wrahaspati berada di arah rasi Pisces. Namun, titik pertemuan itu dulunya ada di Banyak Angrem atau Scorpius. Perubahan posisi titik ekuinoks itu terjadi akibat gerak presesi atau perubahan sumbu rotasi putar Bumi.

Dari perhitungan presesi Bumi, titik ekuinoks di Scorpius itu terjadi lebih dari 18.000 tahun sebelum Masehi. Karena itu, Widya yakin, "Sejak ribuan tahun lalu, nenek moyang masyarakat Jawa telah mengenal sistem perbintangan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com