Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Galaksi Terjauh dan Tertua di Jagat Raya Terungkap

Kompas.com - 07/09/2015, 11:36 WIB
KOMPAS.com — Astrofisikawan dari California Institute of Technology menemukan galaksi tertua dan terjauh di jagat raya. Galaksi itu berusia 13,2 miliar tahun, lahir hanya 600 juta tahun setelah Big Bang.

Penemuan galaksi tertua itu berawal dari langkah Adi Zitrin dan Richard Ellis yang menginvestigasi data hasil misi wahana antariksa Hubble dan Spitzer pada awal tahun ini. Mereka mengungkap satu kandidat galaksi.

Penemuan kandidat galaksi itu lalu dikonfirmasi dengan Multi-Object Spectrometer for Infrared Exploration (MOSFIRE), instrumen yang terdapat di Keck Observatory, Hawaii.

Konfirmasi dengan analisis spektrometer itu diperlukan untuk mengungkap redshift, skala yang kerap digunakan untuk menunjukkan jarak dan umur galaksi.

Setiap galaksi di alam semesta mengemisikan cahaya. Makin jauh jaraknya, gelombang cahaya mengalami perubahan bila diamati dengan spektrometer, yakni menjadi semakin merah. Itulah yang disebut redshift.

Setelah mengonfirmasi, Zitrin dan Ellis meyakini bahwa galaksi yang diyakininya memang ada. Mereka menamai galaksi baru itu EGS8p7. Penemuan dipublikasikan di Astrophysical Journal.

Galaksi EGS8p7 memiliki nilai redshift 8,68, lebih besar dari galaksi pemegang rekor tertua sebelumnya yang punya nilai redshift 7,73.

"Yang mengejutkan dari penemuan ini adalah, kami berhasil mendeteksi Lyman-alpha line dari galaksi dengan redshift 8,68, menunjukkan saat alam semesta masih penuh dengan awan hidrogen," kata Ellis.

Lyman-alpha line sederhananya adalah jejak pembentukan bintang dalam suatu galaksi. Eksistensi dan aktivitas galaksi bisa dideteksi darinya.

Terdeteksinya jejak itu merupakan hal yang istimewa sebab bila melihat proses perubahan fisika dan kimia yang terjadi di alam semesta, jejak itu seharusnya sudah rusak atau hilang.

Segera setelah terbentuk, alam semesta hanya terdiri dari partikel bermuatan. Setelah sekitar 380.000 tahun, alam semesta mulai mendingin dan kaya awan hidrogen.

EGS8p7 terbentuk saat alam semesta kaya akan awan hidrogen. "Kami menduga, sebagian besar radiasi (dari EGS8p7) diserap oleh awan hidrogen. Nyatanya, kami masih mendeteksinya sekarang," kata Zitrin.

Sirio Belli, mahasiswa yang terlibat penelitian tersebut, mengatakan, anomali itu mungkin terjadi karena EGS8p7 begitu terang.

"Galaksi yang kami observasi, EGS8p7, yang sangat terang, mungkin memiliki banyak bintang panas yang tak biasa," katanya seperti dikutip Gizmodo, Minggu (6/9/2015).


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com