Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi Kreatif untuk Pelestarian Lingkungan

Kompas.com - 01/08/2015, 15:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS — Ekspresi budaya untuk membangun ekonomi kreatif diarahkan tetap terkait dengan pelestarian lingkungan hidup. Ekspresi itu pula ditujukan untuk penciptaan nilai yang meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia.

"Kadang kita terlambat menyadari setelah lingkungan hidup rusak. Hasil dari ekonomi bukanlah segala-galanya," kata Sekretaris Utama Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Harry Waluyo, Jumat (31/7), di Jakarta.

Kekeringan pada lahan produksi pangan baru-baru ini disebabkan gagalnya agenda pelestarian lingkungan. Eksploitasi manfaat ekonomi dari hasil hutan sudah berlangsung sejak lama dan memberi kontribusi sangat besar terhadap kerusakan lingkungan.

"Ekonomi berbasis pengetahuan adalah ekonomi baru yang sekarang dikenal dengan istilah ekonomi kreatif," kata Harry. Ekonomi kreatif mengedepankan ekonomi berkelanjutan. Ekonomi berkelanjutan bertopang pada lingkungan yang lestari.

Basis teknologi

Selain mengedepankan pelestarian lingkungan, menurut Harry, ekonomi kreatif juga harus dikembangkan berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Pengembangan produk kreatif berbasis digital diperkirakan akan mencapai 70 persen.

"Satu dari empat orang di dunia sebenarnya mempunyai potensi kreatif. Tetapi, 75 persen penduduk dunia merasa tertekan atau stres karena dituntut harus produktif, bukan kreatif, di tempat kerja," kata Harry.

Tingginya kreativitas masyarakat ditunjukkan oleh tingginya pelaku kewirausahaan. Hasil riset di kawasan ASEAN menunjukkan 7 persen penduduk Singapura ialah wirausaha. Di Malaysia dan Thailand terdapat 4 persen, sedangkan di Indonesia kurang dari 2 persen.

"Semakin banyak orang kreatif di suatu negara, pertumbuhan ekonominya semakin baik. Indonesia masih memerlukan satu juta orang kreatif untuk mencapai rasio 4 persen populasi wirausaha agar terjadi pertumbuhan ekonomi yang lebih baik," tutur Harry.

Basis utama pengembangan ekonomi kreatif adalah adanya multikultur yang membuat interaksi untuk saling mengenal, saling mempelajari perbedaan, dan saling menghormati perbedaan.

Kepala Bekraf Triawan Munaf menyampaikan, sejak dilantik oleh Presiden Joko Widodo pada 26 Januari 2015 hingga sekarang, sudah diadakan ratusan kali pertemuan dengan para pelaku ekonomi kreatif di semua subsektor, lembaga pemerintahan, dan asosiasi terkait. Dia juga telah bertemu dengan perwakilan negara lain untuk menjajaki peluang akselerasi ekonomi kreatif.

"Ekonomi kreatif makin menjadi andalan banyak bangsa untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan daya saing yang berkelanjutan," ujar Triawan.

Saat ini, Bekraf baru diisi sembilan pejabat tingkat pimpinan. Triawan saat ini memprioritaskan koordinasi intensif untuk mempersiapkan program selain melengkapi struktur organisasi Bekraf. (NAW)

____________________________

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 1 Agustus 2015, di halaman 12 dengan judul "Ekonomi Kreatif untuk Pelestarian Lingkungan".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com