"Dana penelitian bagi ilmuwan akan siap diberikan mulai tahun 2016," kata peneliti dan kepala AIPI, Sangkot Marzuki.
Sangkot mengungkapkan, sistem pendanaan baru ini salah satunya bertujuan memberikan solusi dalam masalah dana penelitian selama ini.
"Di Indonesia, kalau mau riset yang bagus, dasar, dan jangka panjang itu tidak mungkin karena pendanaannya," ungkap Sangkot.
Sejumlah masalah yang mengakibatkan penelitian tidak optimal antara lain dana penelitian yang masih minim sementara pitching load atau pengajuan topik penelitian tinggi.
Di sisi lain, pemerintah hingga saat ini masih menganggap kegiatan penelitian seperti kegiatan lain yang selesai dalam jangka pendek.
Dana riset bergantung dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Karena diperlakukan seperti kegiatan lain, dana diberikan bulan Maret dan hasil harus dilaporkan bulan September.
"Penelitian apa yang mau dilakukan dalam waktu sesingkat itu. Cuma main-main saja," katanya di sela pertemuan perayaan 25 tahun AIPI, Senin (25/5/2015).
Masalah lain, tidak ada jaminan bahwa suatu penelitian mendapat dana secara berkelanjutan. Pergantian kabinet misalnya, akan memengaruhi prioritas pendanaan.
ISF, kata Sangkot, akan memperlakukan riset sebagai kegiatan yang seharusnya berlangsung dalam jangka panjang sehingga mendapat dana untuk beberapa tahun.
ISF juga akan keluar dari cara pandang bahwa riset yang layak didanai ada;ah yang dapat segera diaplikasikan. ISF akan memberi kesempatan pada riset yang didasarkan pada curiosity.
Untuk sumber dana, Sangkot mengatakan bahwa Kementerian Keuangan dan Badan Perencanaan dan Pembangunan (Bappenas) sudah bersedia mengalokasikan dana.
Selain itu, terdapat rekanan seperti USAID dan Australia Aid yang juga telah bersedia turut membantu.
Dana yang terkumpul akan dijadikan sebagai dana abadi. Uang yang diberikan untuk kegiatan penelitian berasal dari bunga dari dana abadi tersebut.
Pengelolaan dana itu sendiri nantinya akan di bawah sebuah lembaga independen, walaupun masih di dalam tubuh AIPI.
Dalam lembaga, terdapat sejumlah pakar yang akan menilai kelayakan sebuah penelitian untuk mendapatkan dana.
Sistem dan lembaga pendanaan riset secara independen ditubuhkan. Di sejumlah negara, sistem dan lembaga independen terbukti mampu mendorong riset yang berdampak.
Amerika Serikat misalnya, memiliki lembaga seperti National Science Foundation. Sementara Thailand juga sudah memiliki Thai Science Fund.
US Special Science Envoy, Bruce Albert, mengungkapkan bahwa Indonesia harus berinvestasi pada sains, baik dalam riset maupun pendidikan.
"Sains adalah cara terbaik untuk membangun bangsa," ungkapnya yang juga turut hadir dalam peringatan 25 AIPI.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.