Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/05/2015, 18:53 WIB

KOMPAS.com - Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) menggagas sistem pendanaan baru untuk kegiatan penelitian bernama Indonesia Science Fund (ISF).

"Dana penelitian bagi ilmuwan akan siap diberikan mulai tahun 2016," kata peneliti dan kepala AIPI, Sangkot Marzuki.

Sangkot mengungkapkan, sistem pendanaan baru ini salah satunya bertujuan memberikan solusi dalam masalah dana penelitian selama ini.

"Di Indonesia, kalau mau riset yang bagus, dasar, dan jangka panjang itu tidak mungkin karena pendanaannya," ungkap Sangkot.

Sejumlah masalah yang mengakibatkan penelitian tidak optimal antara lain dana penelitian yang masih minim sementara pitching load atau pengajuan topik penelitian tinggi.

Di sisi lain, pemerintah hingga saat ini masih menganggap kegiatan penelitian seperti kegiatan lain yang selesai dalam jangka pendek.

Dana riset bergantung dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Karena diperlakukan seperti kegiatan lain, dana diberikan bulan Maret dan hasil harus dilaporkan bulan September.

"Penelitian apa yang mau dilakukan dalam waktu sesingkat itu. Cuma main-main saja," katanya di sela pertemuan perayaan 25 tahun AIPI, Senin (25/5/2015).

Masalah lain, tidak ada jaminan bahwa suatu penelitian mendapat dana secara berkelanjutan. Pergantian kabinet misalnya, akan memengaruhi prioritas pendanaan.

ISF, kata Sangkot, akan memperlakukan riset sebagai kegiatan yang seharusnya berlangsung dalam jangka panjang sehingga mendapat dana untuk beberapa tahun.

ISF juga akan keluar dari cara pandang bahwa riset yang layak didanai ada;ah yang dapat segera diaplikasikan. ISF akan memberi kesempatan pada riset yang didasarkan pada curiosity.

Untuk sumber dana, Sangkot mengatakan bahwa Kementerian Keuangan dan Badan Perencanaan dan Pembangunan (Bappenas) sudah bersedia mengalokasikan dana.

Selain itu, terdapat rekanan seperti USAID dan Australia Aid yang juga telah bersedia turut membantu.

Dana yang terkumpul akan dijadikan sebagai dana abadi. Uang yang diberikan untuk kegiatan penelitian berasal dari bunga dari dana abadi tersebut.

Pengelolaan dana itu sendiri nantinya akan di bawah sebuah lembaga independen, walaupun masih di dalam tubuh AIPI.

Dalam lembaga, terdapat sejumlah pakar yang akan menilai kelayakan sebuah penelitian untuk mendapatkan dana.

Sistem dan lembaga pendanaan riset secara independen ditubuhkan. Di sejumlah negara, sistem dan lembaga independen terbukti mampu mendorong riset yang berdampak.

Amerika Serikat misalnya, memiliki lembaga seperti National Science Foundation. Sementara Thailand juga sudah memiliki Thai Science Fund.

US Special Science Envoy, Bruce Albert, mengungkapkan bahwa Indonesia harus berinvestasi pada sains, baik dalam riset maupun pendidikan.

"Sains adalah cara terbaik untuk membangun bangsa," ungkapnya yang juga turut hadir dalam peringatan 25 AIPI.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Usia Berapa Seseorang Merasa Paling Bahagia ?

Usia Berapa Seseorang Merasa Paling Bahagia ?

Kita
Apa Manfaat Pandan untuk Kesehatan?

Apa Manfaat Pandan untuk Kesehatan?

Oh Begitu
Berapa Usia Bintang Tertua di Alam Semesta?

Berapa Usia Bintang Tertua di Alam Semesta?

Oh Begitu
7 Tips Meningkatkan Kekebalan Tubuh Agar Tidak Mudah Sakit

7 Tips Meningkatkan Kekebalan Tubuh Agar Tidak Mudah Sakit

Oh Begitu
Apa Perbedaan Sinar UVA, UVB, dan UVC?

Apa Perbedaan Sinar UVA, UVB, dan UVC?

Oh Begitu
Apa Penyebab Sakit Leher di Pagi Hari?

Apa Penyebab Sakit Leher di Pagi Hari?

Oh Begitu
Mengapa Minum Kopi Membuat Mulas dan Ingin BAB?

Mengapa Minum Kopi Membuat Mulas dan Ingin BAB?

Oh Begitu
Seperti Apa Sepatu Anak pada 2000 Tahun yang Lalu?

Seperti Apa Sepatu Anak pada 2000 Tahun yang Lalu?

Fenomena
Bagaimana Orang Bisa Selamat Setelah Jatuh dari Ketinggian?

Bagaimana Orang Bisa Selamat Setelah Jatuh dari Ketinggian?

Oh Begitu
Apa Rahasia Cheetah yang Membuatnya Bisa Berlari Sangat Cepat?

Apa Rahasia Cheetah yang Membuatnya Bisa Berlari Sangat Cepat?

Oh Begitu
Mengapa Mars Disebut Planet Mati?

Mengapa Mars Disebut Planet Mati?

Fenomena
Bagaimana Cara Membuat Mentega?

Bagaimana Cara Membuat Mentega?

Oh Begitu
4 Gas Beracun Akibat Letusan Gunung yang Berbahaya Bagi Manusia

4 Gas Beracun Akibat Letusan Gunung yang Berbahaya Bagi Manusia

Oh Begitu
Seperti Apa Struktur Kayu Tertua di Dunia Buatan Manusia Purba?

Seperti Apa Struktur Kayu Tertua di Dunia Buatan Manusia Purba?

Fenomena
Tidak Hanya Kuning, Margarin Pernah Berwarna Merah Jambu

Tidak Hanya Kuning, Margarin Pernah Berwarna Merah Jambu

Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com