Saat gerhana Bulan dan Matahari terjadi, Anda pasti tahu apa itu matahari dan bulan. Namun, bagaimana ketika gerhana Regulus terjadi? Sudahkah Anda tahu Regulus?
Meski Anda dan banyak orang mungkin tak tahu Regulus karena jarang mengamatinya, bintang itu sebenarnya dikenal sejak ribuan tahun lalu, mewarnai beragam peradaban.
Menurut Encyclopedia of Astronomy and Astrophysics, Regulus tercatat dalam teks Persia yang berusia 3.000 tahun, dikenal sebagai Venant.
Rasi Leo, "rumah" Regulus, juga disebut dalam teks Romawi Kuno "Tetrabiblos" yang ditulis Ptolemy, astronom dan matematikawan sekaligus penulis dari Alexandria.
Nama "Regulus" merupakan pemberian dari petualang Nicolaus Copernicus. Nama yang diberikan pada abad ke-16 itu berarti "raja kecil".
Bintang yang dalam bahasa Arab disebut "Malikiyy" itu terletak pada jarak 77 tahun cahaya dari Bumi.
Dalam hal kecepatan rotasi, bintang yang berwarna putih kebiruan itu jauh berbeda dengan matahari.
Jika matahari memerlukan waktu hampir sebulan untuk berotasi pada porosnya, Regulus memerlukan waktu 15,9 jam saja.
Rotasi Regulus yang sangat cepat membuat bagian ekuatorialnya membumbung, membuatnya tampak seperti jeruk yang dipencet bila dilihat dari dekat.
Akibat rotasi yang cepat itu pula, bagian kutub bintang itu lebih panas dari ekuatorialnya. Cahaya dari kutub bintang itu juga lebih terang.
Meski hanya tampak sebagai satu bintang bila dilihat dengan mata telanjang dari Bumi, Regulus sebenarnya merupakan kesatuan dari empat bintang yang terbagi menjadi dua pasang.
Ada yang disebut Regulus A, terdiri dari bintang utama dan pendamping yang kecil. Selain itu, ada Regulus B, C, dan D.
Sebagai bintang, Regulus sangat panas, jauh lebih panas dari matahari. Suhunya mencapai sekitar 12.000 derajat Celsius.
Apabila Regulus adalah bintang di tata surya, maka tak akan ada kehidupan di Bumi. Lautan Bumi akan mendidih.
Di rasi Leo atau Singa yang berbentuk seperti sabit, Regulus berada di pusatnya. Atas dasar posisi itu, Regulus kerap disebut "Jantung Singa".
Regulus baik sebagai obyek observasi pada bulan Januari hingga Juni. Dengan predikat sebagai bintang paling cerlang ke-21 bila diamati dari Bumi, Regulus mudah terlihat.
Gerhana Regulus sendiri bisa disebabkan oleh beragam obyek langit. Asteroid hanya salah satu penyebab.
Gerhana Regulus yang langka adalah yang disebabkan oleh Venus. Terakhir, gerhana Regulus akibat Venus terjadi pada tahun 1959. Gerhana berikutnya akan terjadi pada 2044.
Bagi yang berada di Sumatera Selatan dan Bengkulu, Minggu malam adalah waktu yang tepat untuk mengamati gerhana Regulus.
Jangan lupa untuk menyaksikannya. Untuk tips pengamatannya, baca artikel berikut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.