"Phthalate pada dasarnya merupakan senyawa yang bersifat persisten, tidak mudah diuraikan. Karena tidak mudah diuraikan, akan terakumulasi. Itu bisa masuk ke rantai makanan," ungkap Hilda Meutia, Koordinator Water Patrol Greenpeace Asia Tenggara.
Hilda mengungkapkan, pengamatan Greenpeace pada pipa pembuangan limbah industri menunjukkan bahwa hingga kini sejumlah industri masih membuang limbah phthalate ke lingkungan. Itu bisa meracuni tubuh warga sekitar.
Jadi, bagaimana kita harus menghindari bahan berbahaya dalam plastik? Agus mengungkapkan, salah satunya adalah memperhatikan label bahan dasar suatu barang sebelum membeli. Jangan membeli perkakas dan mainan anak-anak karena murah.
Di sisi lain, menurut Hilda, pemerintah juga dituntut lebih ketat. Bahan kimia yang digunakan semakin beragam. Aturan penggunaannya juga harus terus diperbarui. "Soal phthalate sampai saat ini pemerintah belum tegas," katanya.
Hilda mengungkapkan, regulasi pemerintah pada kalangan industri mesti mendukung sistem produksi bersih. Artinya, pemerintah mesti mengatur agar industri mereduksi penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya, melakukan pengolahan limbah, dan praktik ramah lingkungan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.