Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/05/2015, 11:06 WIB
Kompasianer Dokter Andri Psikiater,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi


Bunuh diri kembali marak jadi berita setelah kasus seorang anggota polisi Brigadir W yang dikatakan bunuh diri dengan menggunakan pistolnya sendiri. Orang kemudian mengkaitkan peristiwa bunuh diri dengan masalah kejiwaan seseorang.

Bunuh diri memang identik dengan gangguan kejiwaan. Banyak kasus gangguan kejiwaan yang mempunyai keterikatan dengan adanya ide bunuh diri dan usaha membunuh diri.

Psikiater dalam wawancara dengan pasien sering kali menanyakan adanya ide bunuh diri baik yang dilakukan secara aktif (misalnya dengan adanya niat khusus melakukan upaya bunuh diri) atau dengan pasif (melakukan sesuatu yang sifatnya mempercepat keparahan penyakit, misalnya pada pasien dengan gangguan medis yang berat).

Bunuh diri sendiri memang sering dikaitkan dengan gangguan depresi walaupun tidak semua masalah bunuh diri hanya terkait dengan kondisi gangguan depresi saja.

Depresi

Gangguan depresi adalah gangguan kejiwaan yang banyak dikaitkan dengan adanya ide bunuh diri. Selain 3 gejala utama yang khas, yaitu menurunnya suasana perasaan (mood), tidak adanya harapan hidup dan ketidakinginan melakukan sesuatu, pasien dengan gangguan depresi juga sering memiliki ide-ide bunuh diri.

Ide bunuh diri ini dikaitkan dengan suasana perasaan hampa dan kosong yang membuat penderita depresi merasa tidak ada gunanya hidup lagi. Pasien dengan ide bunuh diri yang kuat biasanya pernah memikirkan dan bahkan melakukan upaya pembunuhan diri sendiri. Sering ada beberapa kasus melakukannya berulang dan menimbulkan masalah kegawatdaruratan psikiatri.

Psikiater dalam wawancara dengan pasien gangguan depresi perlu bertanya mengenai adanya ide-ide bunuh diri. Dahulu banyak kekhawatiran apakah dengan ditanya, pasien malahan akan melakukan ide bunuh diri itu. Hal ini tidak tepat karena pada dasarnya tidak mudah untuk melakukan suatu keputusan mengakhiri hidup sendiri.

Itulah mengapa sering kali ditemukan bahwa orang yang melakukan bunuh diri biasanya malah tidak mengungkapkan keinginannya terhadap orang lain selain daripada banyak di antara mereka menulis surat wasiat perpisahan.


Gangguan kepribadian

Selain gangguan depresi, ide bunuh diri dan usahanya juga sering ditemukan pada banyak kasus gangguan kepribadian ambang atau Borderline Personality Disorder.

Pasien dengan kondisi kepribadian ini biasanya mengalami fluktuatif mood yang cukup dominan atau sering disebut mood swing. Rasa marah terhadap diri sendiri juga sering dikaitkan dengan upaya melukai diri sendiri. Tidak heran perilaku melukai diri seperti mengiris kulit tangan sendiri (self cutting) banyak ditemukan pada pasien-pasien dengan kepribadian ini.

Ada beberapa kasus orang dengan gangguan kepribadian ambang mengancam orang terdekat atau pasangannya akan melukai dirinya sendiri jika dia ditinggalkan. Pada banyak kasus gangguan kepribadian ambang, masalah hubungan interpersonal dengan orang dekat memang sering menjadi masalah.

Orang dengan kepribadian ambang sering merasa sulit membina hubungan yang erat dengan orang lain. Kekhawatiran akan ditinggalkan malah membuat mereka lebih sering meninggalkan orang lain.

Halusinasi

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com