Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makhluk Hidup Baru Penghuni Hutan Gunung Tambora Terkuak

Kompas.com - 12/05/2015, 17:39 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Editor


KOMPAS.com — Hingga 200 tahun setelah letusan dahsyat pada 15 April 2015, Tambora masih menyimpan kekayaan yang belum terungkap. Ekspedisi NKRI yang dilakukan lewat kerja sama TNI dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berhasil mengungkap kekayaan itu.

Selama 15 hari sejak 16 April 2015, 16 tim peneliti hayati LIPI menjelajahi Tambora lewat jalur Kawinda To'i. Membawa banyak alat penelitian, pendakian untuk tujuan penelitian itu tak bisa dibilang mudah.

"Berbeda dengan jalur Doro Peti, di jalur Kawinda To'i, banyak sekali terdapat jembatan putus. Kami bahkan harus mendorong bus," kata Cahyo Rahmadi, koordinator Ekspedisi NKRI, dalam pemaparan hasil ekspedisi yang diadakan pada Selasa (12/5/2015) di Gedung LIPI, Jakarta.

Peneliti juga harus menyeberangi sungai. Ada satu momen di mana hujan deras terjadi dan mengakibatkan sungai meluap. Perjalanan pun harus tertunda, menunggu sungai surut serta cukup aman untuk diseberangi.


Perjuangan berat itu tak sia-sia. Tim peneliti menguraikan bahwa ekspedisi yang bisa dibilang singkat tersebut berhasil mengungkap kekayaan hayati Tambora yang belum dikenal ilmu pengetahuan, spesies-spesies baru.

Total, ada tujuh biota yang diyakini merupakan jenis baru, terdiri dari 6 jenis fauna dan 1 jenis flora. Enam jenis fauna itu sendiri terdiri dari 2 jenis cicak, 2 jenis kupu-kupu malam atau ngengat, serta 2 jenis arachnida atau bangsa laba-laba.

Salah satu jenis arachnida yang ditemukan berasal dari genus Sarax. "Kalau di Jawa berwarna hitam, di Tambora yang ditemukan berwarna coklat. Pada capitnya terdapat tiga duri," ungkap Cahyo.

Jenis lain yang diyakini baru berasal dari genus Stylocellus. Ukuran Stylocellus yang hidup di Tambora relatif besar, membedakannya dengan yang berasal dari tempat lain. "Ukurannya 9 milimeter," katanya.


Dari golongan cicak, dua jenis yang diyakini baru berasal dari genus Cyrtodactylus. "Ini merupakan golongan cicak yang mempunyai jari-jari lengkung," kata Awal Riyanto, peneliti reptil dan amfibi LIPI yang terlibat ekspedisi.

Satu jenis cicak yang diyakini baru memiliki pre-cloacal pore. Itu semacam lubang-lubang yang terdapat di dekat kloaka. Karakteristik itu tak dimiliki oleh Cyrtodactylus sehingga Awal yakin bahwa cicak yang memiliki ciri tersebut adalah jenis baru.

Jenis cicak lain yang diduga baru tidak memiliki femoral pore. Umumnya cicak Cryptodactylus memiliki lubang pada paha untuk mengeluarkan zat kimia guna menarik reproduksi. Namun jenis ini tidak punya.

Golongan ngengat baru yang ditemukan berasal dari genus Xyleutes. Hariu Sutrisno, peneliti serangga LIPI, mengatakan, temuan mesti ditindaklanjuti dengan penelitian tentang kehidupan serta tumbuhan inang sebab keduanya berpotensi menjadi hama.

Kedua jenis ngengat itu berbeda dengan lainnya karena pola sayapnya. "Yang satu bersisik dan memiliki titik hitam di tengah sayap. Lainnya tidak punya sisik pada sayap bagian belakang," ujar Hari.


Sementara itu, dari flora, jenis baru yang ditemukan merupakan jenis tanaman yang daunnya hanya satu atau Monophyllaea. Arief Hidayat, peneliti botani LIPI, mengatakan bahwa daun jenis itu sangat kecil, hanya 4 cm-5 cm, berbeda dengan jenis lain yang mencapai 10 cm-15 cm.

Jenis-jenis baru itu bukan satu-satunya temuan istimewa dari ekspedisi LIPI kali ini. Selama ratusan tahun, Indonesia belum memiliki data biodiversitas lengkap Tambora. Hasil penelitian ini akan melengkapi data tersebut.

Ekspedisi mengungkap bahwa Tambora setidaknya menyimpan 230 jenis serangga, 20 jenis arachnida, 27 jenis tawon, 21 cicak, 4 spesies katak, dan 10 spesies burung. Untuk flora, ada 13 jenis jamur, 8 jenis lumut, 5 jenis lumut kerak, 56 jenis paku, dan ratusan lainnya.

Baru-baru ini, Tambora ditetapkan sebagai taman nasional. Temuan menunjukkan bahwa wilayah tambora layak menjadi taman nasional sekaligus menggarisbawahi perlunya sumber daya alam hayati itu untuk dilindungi.

Penampakan tujuh "mahluk baru" penghuni Tambora dapat dilihat di link berikut ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com