Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Ilmuwan Ini, Ajaran Yesus Menyebar Luas berkat Ledakan Meteor

Kompas.com - 24/04/2015, 18:35 WIB

KOMPAS.com — Kalau tak ada ledakan meteor 2.000 tahun lalu, ajaran Yesus mungkin tak akan menyebar luas seperti sekarang. Itulah salah satu kesimpulan yang bisa ditarik dari hasil studi William Hartman, astronom dari Planetary Science Institute di Amerika Serikat.

Hartman mempelajari teks Kisah Para Rasul, salah satu bagian dari Perjanjian Baru di Alkitab. Fokusnya adalah pengalaman pertobatan Santo Paulus atau yang sebelumnya dikenal sebagai Saulus dari Tarsus, wilayah yang kini masuk wilayah Turki.

Dalam Kisah Para Rasul Bab 9 ayat 1-31, Bab 22 ayat 1-22, dan Bab 26 ayat 9-24, Paulus awalnya diceritakan sangat memusuhi Yesus dan murid-muridnya, mengancam akan membunuh mereka.

Dia meminta surat kuasa dari imam besar kaum Farisi untuk dibawa ke majelis Yahudi di Damsyik atau Damaskus. Paulus yang awalnya merupakan orang Farisi meminta majelis mencari orang-orang pengikut Yesus dan menghukumnya di Jerusalem jika menemukannya.

Dalam perjalanannya ke Damaskus, Paulus diceritakan menjumpai keajaiban. Dia melihat cahaya terang menyilaukan, lebih terang dari matahari. Paulus dan teman-temannya lalu rebah ke tanah.

Saat rebah di tanah itu, Paulus kemudian mendengar suara. Dalam Perjanjian Baru, suara itu dikatakan sebagai suara Yesus yang bertanya tentang mengapa Paulus berniat menganiaya dirinya dan murid-muridnya.

Setelah mendengar suara itu, Paulus bertanya apa yang mesti dilakukannya. Setelah itu, ada jawaban, "Pergilah ke Damsyik. Di sana akan diberitahukan kepadamu segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu."

Selesai mendengar suara misterius yang dinyatakan sebagai Yesus itu, Paulus berusaha bangkit. Dia berusaha membuka mata, tetapi tidak melihat apa-apa. Akhirnya, dia dituntun oleh teman-temannya hingga sampai Damsyik.

Tiga hari lamanya Paulus tidak dapat melihat. Dia tinggal di rumah Yudas yang berada di Jalan Lurus. Hingga kemudian, dia bertemu Ananias, murid Yesus yang tinggal di Damaskus. Ananias sendiri mendatangi Paulus setelah menerima firman Tuhan.

Begitu menjumpai Paulus, Ananias berkata, "Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus. Bukalah matamu dan melihatlah!"

Maka, Paulus bisa melihat lagi. Lantas Ananias berkata bahwa Paulus telah dipilih oleh Allah untuk mewartakan ajaran Yesus. Ananias lalu berkata, " Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan!"

Sejak pembaptisan itu, kehidupan Paulus berubah. Dia menjadi pengikut ajaran Yesus yang taat sekaligus berperan menyebarkan ajarannya ke Roma. Dari Roma, ajaran Yesus kemudian menyebar ke seluruh dunia.

Hartman yang juga salah satu pendiri Planetary Science Institute mengungkapkan, cerita dalam Kisah Para Rasul tersebut sebenarnya bisa diuraikan secara ilmiah. Apa yang dilihat dan didengar oleh Paulus dalam perjalanannya ke Damaskus mungkin bukan keajaiban.

Adanya pernyataan bahwa kilatan cahaya yang dilihat Paulus lebih terang dari matahari, membuat Hartman menyimpulkan bahwa yang dilihat oleh santo itu adalah ledakan meteor seperti di Chelyabinsk tahun 2013. Ledakan meteor itu memang lebih terang dari matahari.

Sementara itu, diceritakan juga bahwa Paulus dan teman-temannya kemudian rebah ke tanah. Hal itu kemungkinan besar terjadi karena adanya gelombang kejut setelah ledakan meteor yang dalam kasus Chelyabinsk menghancurkan jendela rumah.

Alkitab, kata Hartman, punya penjelasan berbeda-beda antar-satu bagian dengan lainnya tentang suara yang didengar Paulus. Ada yang menyatakan bahwa suara itu milik Yesus, tetapi ada juga yang menyatakan cuma noise. Nah, noise ini memang terjadi setelah ledakan meteor.

Terakhir, kebutaan yang dialami Paulus mungkin juga bukan keajaiban, menurut Hartman. Kebutaan sementara bisa memang bisa terjadi ketika manusia melihat secara langsung ledakan meteor. Kebutaan sementara itu dikenal dengan fotokeratitis.

"Pada dasarnya, itu adalah sunburn pada kornea mata. Begitu sembuh, maka akan mengelupas," kata Hartman seperti dikutip New Scientist, Rabu (22/4/2015). Sinar UV pada ledakan meteor memang bisa mengakibatkan kulit terbakar dan mengelupas serta kebutaan sementara.

"Detail (cerita dalam Alkitab) benar-benar cocok dengan bola api (ledakan meteor) sekelas Chelyabinsk atau Tunguska," kata Hartman. Ledakan meteor di Tunguska terjadi pada tahun 1908.

Bila benar, itu akan sangat menarik. Perkembangan sebuah ajaran salah satunya ditentukan oleh peristiwa ledakan meteor. Dalam sejarah, banyak hal besar terjadi akibat meteor atau benda antariksa, misalnya kepunahan dinosaurus.

Benarkah analisis Hartman? Raj Das-Bhaumik dari Moorfields Eye Hospital di London mengatakan, kebutaan sementara memang bisa terjadi pada orang yang melihat ledakan meteor. Namun, dia juga mengatakan, "Kalau ada meteorit pasti juga ada kerusakan lainnya."

Sementara itu, Bill Cooke, Kepala Meteoroid Environment Office NASA di Alabama, mengatakan, pendapat Hartman merupakan spekulasi ilmiah. Namun, ia mengatakan, "Seperti banyak kejadian pada masa lalu, tak ada bukti konkret."

Walau mungkin meragukan bagi sebagian kalangan, Hartman mengungkapkan bahwa gagasannya perlu dipikirkan serius. "Tujuan saya bukan untuk mendiskreditkan apa yang orang percaya," katanya.

"Namun, jika penyebaran agama besar dimotivasi oleh kegagalan memahami fenomena bola api (ledakan meteor), itu adalah sesuatu yang harus dipahami manusia, tentang dirinya sendiri," kata Hartman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com