Gunung berapi yang meletus tahun 1815 itu memiliki catatan sejarah yang panjang di Tanah Air dan dunia internasional. Tak hanya mengubur tiga kerajaan di sekitarnya dengan menelan korban sekitar 91.000 jiwa, dampak letusannya merambah hingga Benua Eropa.
Setahun setelah Gunung Tambora meletus, Eropa mengalami kegelapan panjang akibat tertutup lapisan partikel letusan Tambora. Perubahan iklim yang terkenal dengan "the years without summer" itu mengakibatkan kegagalan panen berkepanjangan, serta memunculkan wabah penyakit yang menakutkan. Akibat kegagalan panen itu juga Napoleon kalah perang di Eropa.
Letusan Gunung Tambora saat itu benar-benar mengguncang dunia. Tidak hanya dampaknya yang luas bagi kehidupan manusia, letusan ini juga memancing para ahli gunung berapi dan antropologi di belahan dunia untuk meneliti keagungan Gunung Tambora.
Berbagai artefak bekas kerajaan juga ditemukan di sekitar Gunung Tambora. Banyaknya temuan artefak sisa permukiman di Gunung Tambora membuat para ahli menyebut kawasan ini sebagai Pompeii dari Timur. Pompeii adalah sebuah desa yang hilang terkubur material letusan Gunung Vesuvius di Pompeii, Italia, pada 79 Masehi.
Upaya Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat untuk mempromosikan kawasan Gunung Tambora mendapatkan momentumnya. Perayaan Tambora Menyapa Dunia merupakan kampanye atas kedahsyatan Gunung Tambora. Tidak hanya nilai sejarah, peristiwa ini juga melahirkan budaya dan ilmu pengetahuan yang menarik perhatian.
Dibutuhkan infrastruktur yang memadai serta biaya yang terjangkau untuk dapat mencapai kawasan Gunung Tambora. Untuk itu, terobosan dari pemerintah pusat dan daerah sangat dinantikan agar kawasan wisata ini menjadi mudah dan murah dijangkau oleh masyarakat luas dan mancanegara.
Kita berharap, selain Bali dan Batam, geliat pariwisata juga mengalir ke NTB yang memiliki keunggulan komparatif dekat dengan Bali. Tentu saja, tidak hanya sekadar datang di provinsi ini, tetapi bisa tinggal lama di kawasan wisata ini. Apabila pemerintah serius mengerjakan pekerjaan rumahnya, target dua juta wisatawan ke daerah ini bukan mustahil terwujud.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.