Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/03/2015, 16:04 WIB
Dr. Ari F. Syam Sp.Pd

Penulis


Gubernur Basuki Tjahaja Purnama tidak masuk kerja selama 3 hari karena demam berdarah dan sudah mulai kerja kembali pada hari ke-4. Ada beberapa hal yang beliau sampaikan kepada media pada hari pertama beliau kembali bekerja bahwa ternyata ditemukan jentik di dispenser rumahnya.

Selain itu menarik pula pernyataan beliau nyamuk kurang kuat menggigit sehingga cukup dirawat 3 hari. Pernyataan orang nomor 1 di DKI ini membuat saya tergelitik membuat tulisan ini agar menjadi kewaspadaan dan masyarakat tidak salah kaprah tentang penyakit demam berdarah ini.

Dalam beberapa minggu terakhir ini memang terjadi peningkatan  kasus demam berdarah di tengah masyarakat Jakarta. Yang menarik penyakit ini juga menyerang orang nomor 1 di Jakarta termasuk anak beliau. Dan menarik lagi ketika pertama kali beliau masuk kerja setelah 3 hari sakit, beliau menyampaikan bahwa jentik nyamuk ditemukan dirumahnya.

Sebenarnya apa yang harus dikerjakan masyarakat untuk terhindar dari penyakit demam berdarah ini adalah terhindar dari gigitan nyamuk. Bicara soal nyamuk yang menjadi vektor pembawa penyakit demam berdarah adalah nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk berasal  dari jentik nyamuk, kalau jentik dapat diberantas maka jumlah nyamuk juga akan menurun.

Oleh karena itu maka dibentuk juru pemantau jentik (jumantik) yang berasal dari masyarakat yang sebenarnya diminta untuk secara sukarela untuk membantu menemukan jentik nyamuk. Sebenarnya ada sedikit dana untuk para jumantik ini tapi kisruhnya APBD DKI 2015, dana untuk para jumantik belum turun.

Saya tidak tahu apakah ada petugas Jumantik disekitar rumah pak gubernur atau karena dianggap gubernur sudah mengerti bisa menyuruh pembantunya untuk menemukan jentik nyamuk tersebut. Dalam prakteknya memang kadang kala rumah-rumah besar dan berhalaman luas tidak mau didatangi para jumantik ini, padahal para jumantik ini dilatih untuk menemukan jentik nyamuk.

Hal ini merupakan salah satu kendala kenapa pemberantasan penyakit demam berdarah berjalan di tempat atau bertambah buruk. Karena ada rumah-rumah besar yang pemiliknya kurang memperhatikan genangan air yang ada di rumahnya sehingga genangan-genangan air tersebut menjadi tempat hidupnya sarang nyamuk.

Saat ini murid-murid SD di Jakarta khususnya para dokter kecil dilatih untuk menjadi jumantik untuk sekolahnya. Adapun lokasi yang bisa menjadi tempat hidup jentik nyamuk antara lain kaleng bekas, bak-bak tempat penyimpan air, air-air tergenang di sekitar AC, pot-pot tanaman, termasuk juga genangan air dispenser.

Gubernur baru harus peduli mengenai hal tersebut kalau ingin jumlah kasus demam berdarah ini turun di kota Jakarta yang kita cintai ini. Kalau perlu dilakukan lomba tingkat kelurahan atau tingkat SD dengan jumlah kasus dan jentik nyamuk terendah.

Panyakit demam berdarah Dengue (DBD) sendiri merupakan penyakit yang harusnya dapat dicegah, temukan jentik dan soasialisakan   3M (Mengubur,Mengurus dan Menutup) yang sudah menjadi slogan Kemenkes: Mengubur barang bekas, Menguras tempat penampungan air, Menutup tempat penampungan Air dan pemberian abate.

Penyakit demam berdarah merupakan penyakit endemis di Indonesia dan kasus demam berdarah dapat kita temukan sepanjang tahun. Oleh karena itu sebaiknya masyarakat dan dokter juga sudah paham dan dapat mengenali kasus demam berdarah dengan waktu cepat. Oleh karena kita berharap kasus-kasus demam berdarah tidak boleh datang terlambat ke rumah sakit, semakin terlambat semakin susah untuk ditangani.

Saat ini gejala klinis demam berdarah cukup bervariasi. Demam yang timbul bisa secara terus menerus, bisa naik turun dan bisa hanya 1-2 hari saja. Oleh karena adanya demam yang mendadak harus diwaspadai untuk kemungkinan penyakit demam berdarah sebagai penyebabnya.

Selain demam  tinggi yang mendadak pasien kadang kala juga merasakan gangguan pada pencernaan berupa nyeri di ulu hati, mual bahkan muntah, nyeri perut serta susah buang air besar, diare pun bisa ditemukan pada 5-6 persen kasus DBD.

Selain gangguan pada pencernaan pasien dengan DBD juga bisa disertai keluhan  kepala pusing seperti melayang, pegal dan rasa nyeri di otot. Pada penyakit DBD yang berat setelah 2-5 hari demam dapat  terjadi manifestasi perdarahan baik berupa bintik merah pada kulit terutama di tangan, kaki dan dada, mimisan, gusi berdarah bahkan sampai muntah darah.

Bahkan jika terlambat bisa saja pasien datang sudah dalam keadaan syok ditandai dengan tekanan darah yang turun, ujung-ujung kaki dan tangan menjadi dingin, nadinya menjadi cepat. Kondisi pasien biasanya lemah dan tidak bertenaga.

Pada pemeriksaan laboratorium, pasien DBD, dapat terjadi peningkatkan hemoglobin dan hematokrit atau dikenal dengan istilah hemokonsentrasi, selain dapat juga terjadi penurunan trombosit. Penurunan trombosit  biasanya akan terus terjadi sampai panas hari ke-7.  Trombosit akan naik dengan sendirinya setelah hari ke-7.  

Pada saat Gubernur Ahok menyampaikan bahwa sakit dirawat 3 hari bisa saja saat ini panas sudah memasuki hari ke-5 dan saat ini trmbosit sudah turun dan akan meningkat saat hari ke-7. Lama atau tidaknya dirawat tidak berhubungan dengan kuat atau tidaknya gigitan nyamuk. Biasanya memang jika terjadi trend trombosit yang meningkat pasien sudah diperbolehkan pulang tetapi tetap harus menjaga kesehatan selama masa pemulihan.

Mudah-mudahan informasi ini mengingatkan kita semua bahwa penyakit demam berdarah bisa dicegah slogan 3 M harus dilakukan oleh semua warga, temukan jentik nyamuk akan menurunkan jumlah nyamuk Aedes Aegypti dan pada akhirnya kita dapat memberantas penyakit ini dengan sebaik-baiknya.

Salam Sehat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com