Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kedahsyatan Letusan Tambora dalam Keindahan Puisi Gelap Lord Byron

Kompas.com - 25/02/2015, 20:36 WIB

Karya lainnya adalah Frankenstein karangan Mary Shelley. Cerita horor itu terinspirasi dari peristiwa tahun tanpa musim panas yang terjadi di Swiss pada 1816 akibat letusan Tambora.

Lord Byron sendiri juga menulis A Fragment, yang kemudian mengilhami Polidori untuk menulis The Vampyre. Tulisan Polidori terbit jauh sebelum Bram Stoker menerbitkan karya terkenalnya, Dracula.

Profesor geologi Adjat Sudrajat mengungkapkan, puisi Byron, kisah Frankenstein, dan lainnya menunjukkan bahwa letusan Tambora tidak hanya berkaitan dengan kegelapan, kelaparan, wabah penyakit, dan kematian, tetapi juga kemunculan kreativitas.

"Tambora di satu pihak menghancurkan kebudayaan, tetapi di pihak lain juga memunculkan kebudayaan," katanya dalam sarasehan Tambora Menyapa Dunia di Museum Geologi Bandung, Senin (23/2/2015). Salah satu kebudayaan yang muncul adalah karya sastra.

Karya-karya sastra tersebut, kata Adjat, menunjukkan bahwa letusan Tambora tak melulu harus berarti bencana. Letusan Tambora juga bisa dianggap sebagai salam hangat dari sang gunung.

Betul bahwa Tambora merenggut setidaknya 117.000 nyawa, membuat tiga kerajaan di Sumbawa runtuh seketika, mengagetkan Gubernur Thomas Stamford Raffles yang sedang berkuasa di Jawa, serta memicu tsunami di pesisir-pesisir selatan Indonesia.

Meski demikian, Tambora juga mengeluarkan material yang kemudian membuat tanah di sekitarnya subur, mendukung pertanian. Tambora membuat sejumlah orang kreatif, menciptakan cerita, dan juga lukisan, seperti "Chichester Canal" milik JMW Turner.

"Tambora saat ini bukan keganasan, melainkan keindahan," kata Adjat. Tambora menyuguhkan kekayaan alam yang indah sekaligus peninggalan sejarah berupa jejak kerajaan kuno yang terkubur oleh letusannya.

Tahun 2015 ini, tepat 200 tahun letusan Tambora, mari mengingat bagaimana gunung yang kini punya tinggi 2.851 meter itu dulu "menyapa" kita, membuat kita mengenal dia dan kawan-kawannya lebih dekat.

Mengenal perilaku gunung dan hidup berdampingan dengannya adalah sesuatu yang penting sehingga "sapaan" yang bisa jadi dadakan tak lagi memakan korban. Jangan biarkan ulah alam merenggut ribuan nyawa secara sia-sia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com