Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengungkap Penyebab Kecelakaan Pesawat

Kompas.com - 12/01/2015, 14:00 WIB

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo, kemarin, menyatakan, alat pinger locator pada dua kapal di bawah koordinasi BPPT telah menerima sinyal ping dari obyek yang diduga sebagai kotak hitam pesawat AirAsia nomor penerbangan QZ 8501 yang jatuh di perairan Selat Karimata-Laut Jawa. Secara saintifik, kepastian obyek itu sebagai kotak hitam 95 persen. Hasil pasti menunggu konfirmasi dari KNKT.

Satu titik obyek dugaan kotak hitam ditemukan Kapal Survei Java Imperia, kapal mitra swasta BPPT, di koordinat 3 derajat 37 menit 21,13 detik Lintang Selatan dan 109 derajat 42 menit 42,45 detik Bujur Timur. Titik lain dipetakan Baruna Jaya I di koordinat 3 derajat 37 menit 20,70 detik Lintang Selatan dan 109 derajat 42 menit 43 detik Bujur Timur. Kedua titik itu ada sekitar 4,5 kilometer dari titik temuan ekor pesawat.

Kepala BPPT Unggul Priyanto menyatakan, penemuan itu membuktikan operasi SAR tak hanya membutuhkan peralatan, tapi juga penghitungan ilmiah. Salah satunya, pemodelan hidrodinamika untuk menentukan lokasi badan utama pesawat dan kotak hitam.

Sejak awal, BPPT merekomendasikan lokasi pencarian badan pesawat dan kotak hitam berbeda dari peta Badan SAR Nasional, yakni di barat laut dari area penemuan jenazah serta serpihan-serpihan atau bagian pesawat. Basarnas menyetujui usulan itu. ”Terbukti, ekor pesawat ditemukan di area yang kami petakan dengan pemodelan hidrodinamika,” ujarnya.

Kepala Seksi Survei Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT Handoko Manoto menjelaskan, penemu pertama titik koordinat adalah kapal Java Imperia. Kapal itu dalam perjalanan mengecek dua obyek yang dipetakan Kapal Negara Trisula milik Kesatuan Penjaga Laut dan Pantai Kementerian Perhubungan yang juga dikoordinasi BPPT.

Autonomous underwater vehicle (AUV) yang dioperasikan Trisula menemukan dua obyek di dasar laut yang diduga berasal dari musibah jatuhnya AirAsia QZ 8501, salah satunya menyerupai jenazah. Java Imperia mendapat sinyal ping dengan frekuensi 37,5 kilohertz, frekuensi sama dengan pinger locator kotak hitam AirAsia.

Java Imperia memeriksa sinyal itu dari 8 titik, menghasilkan satu titik koordinat yang dilaporkan ke BPPT, Sabtu (10/1) siang. Baruna Jaya dikirim ke area itu untuk verifikasi ulang. Hasilnya, Baruna Jaya I mendapat sinyal ping dan mengonfirmasi satu titik.

Imam Mudita, Spesialis Geodesi Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT, mengatakan, jarak antara dua titik koordinat sekitar 20 meter. Itu dilaporkan kepada KNKT yang berwenang mengangkat kotak hitam.

Analisis data kotak hitam itu merupakan bagian penting yang diperlukan bukan hanya oleh KNKT, melainkan juga perancang pesawat, industri pembuatnya, dan operator. (M ZAID WAHYUDI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com