Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekayaan "Peti Harta Karun" di Leher Burung Papua Terungkap

Kompas.com - 28/11/2014, 18:44 WIB

KOMPAS.com
 — Kekayaan hayati di wilayah leher burung Papua terungkap lewat Ekspedisi Lengguru, program penelitian yang digagas Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), L'Institute de Rechere pur le Development (IRD) Perancis, dan Akademi Perikanan Sorong.

Ribuan spesies tumbuhan dan hewan dari darat, laut, serta bawah tanah diidentifikasi pada wilayah dengan rentang ketinggian -100 hingga 1.200 dpl. Ratusan jenis tumbuhan dan hewan dinyatakan endemik, sementara puluhan di antaranya merupakan kandidat spesies baru.

Gono Semiadi, peneliti dari Museum Zoologi Bogor, mengungkapkan, berdasarkan analisis awal, Lengguru dan Kaimana menyimpan 100 jenis kupu-kupu, 37 jenis capung, 150 jenis jangkrik, 30 jenis amfibi, 50 jenis reptil, 20 jenis kelelawar, dan 8 jenis tikus.

Ikut serta meneliti keragaman ekosistem darat di Lengguru dan Kaimana, Gono juga menguraikan bahwa wilayah itu kaya akan jenis-jenis burung. Terdapat spesies burung dara terbesar dan burung paruh bengkok terkecil. "Lebih kecil dari genggaman," katanya.

Di antara sejumlah spesies yang ditemukan, 5-10 jenis kupu-kupu, 8 jenis capung, 2 genus dan spesies jangkrik, 10 jenis reptil dan amfibi, 3 jenis kelelawar, serta 7 spesies burung diduga sebagai jenis yang belum pernah dikenal sebelumnya.

Gono Semiadi Hipposideros spp, kandidat kelelawar baru dari Lobo.

Sementara itu, dari riset ekosistem laut, peneliti pada Pusat Penelitian Oseanografi, Ucu Yanu Arbi, mengatakan bahwa perairan Lengguru punya 141 jenis karang keras, 60 jenis hewan berkulit duri (echinodermata), serta 300 jenis hewan lunak (mollusca).

"Yang unik, jenis-jenis yang tidak umum di Indonesia ternyata justru mendominasi wilayah Lengguru dan Kaimana," kata Ucu dalam konferensi pers di Gedung LIPI, Jakarta, Jumat (28/11/2014) hari ini.

Menurut Ucu, keunikan tersebut mungkin terkait dengan daratan yang didominasi wilayah karst serta kawasan Kaimana yang berupa teluk. "Namun, masih dibutuhkan data lebih lanjut untuk mengonfirmasi," katanya.

Penelitian juga menghasilkan catatan baru tentang koloni lumba-lumba. Ucu dan tim untuk pertama kali menjumpai kawanan lumba-lumba yang terdiri dari 300 ekor. Dua jenis hewan berkulit duri dinyatakan sebagai kandidat spesies baru.

Tumbuhan wilayah Lengguru dan Kaimana juga beragam, mulai dari jenis jambu-jambuan yang berpotensi untuk buah lokal, jahe-jahean yang berfungsi sebagai tanaman obat, serta sejumlah tumbuhan yang berpotensi sebagai tanaman hias.

Lina Juswara, peneliti botani LIPI, mengungkapkan bahwa Lengguru dan Kaimana kaya akan jenis anggrek. "Dari 600 jenis tumbuhan yang ditemukan, 400 di antaranya adalah anggrek," ungkapnya.

Spesimen anggrek yang ditemukan telah dikirim ke Kebun Raya Wamena dan Kebun Raya Bogor. Identifikasi hingga sampai tingkat spesies masih sulit dilakukan untuk beberapa tumbuhan karena dijumpai dalam keadaan steril.

Lengguru.org Cakupan wilayah ekspedisi Lengguru.

Kepala Museum Zoologi Bogor LIPI, Rosichon Ubaidillah, mengungkapkan, Ekspedisi Lengguru bertujuan untuk mendata keanekaragaman hayati di wilayah tersebut sekaligus menggali potensinya untuk menjawab kebutuhan manusia.

Nota kesepahaman telah dibuat sebagai dasar kerja sama penelitian untuk memastikan Indonesia mendapatkan manfaat, baik dalam publikasi penelitian, pemberdayaan ilmuwan lokal, maupun pemanfaatan sumber daya alam hayatinya.

Dalam nota kesepahaman, diuraikan pula bahwa sebagian besar analisis dan identifikasi akan dilakukan di Indonesia. "Hanya beberapa spesimen akan kita kirim ke luar negeri karena tidak ada ahli dan peralatannya," kata Rosichon.

Laurent Pouyaud, peneliti IRD, mengatakan, "Lengguru adalah kawasan yang masih kurang diakses bagaikan peti harta karun. Hingga saat ini, belum ada catatan zoologi dan botani yang menyeluruh."

"Lengguru ini ekosistem yang cukup kecil dengan keanekaragaman hayati yang banyak. Harus aktif dikembangkan protokol konservasi khusus untuk wilayah-wilayah seperti itu," tambah Pouyaud yang meneliti Lengguru sejak tahun 2007.

Kekayaan Lengguru harus menjadi dasar bagi pemerintah daerah untuk mengembangkan wilayah secara berkelanjutan. Di tengah ancaman konversi hutan untuk sawit dan tambang, pemerintah daerah harus bisa mempertahankan kelestarian ekosistem.

Menurut Pouyaud, pelestarian alam akan mendatangkan manfaat bagi masyarakat. "Kalau mau hitung dengan uang gampang. Tapi, di mana pun di dunia, kalau punya lingkungan yang bagus, masyarakat akan terbantu. Tapi, masyarakat juga harus dilibatkan dalam pelestariannya."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com