Sekitar 74.000 tahun lalu, Toba memuntahkan 2.800 kilometer kubik lava. Abunya menyebar hingga Afrika dan Australia. Letusan itu memusnahkan ragam satwa dan diprediksi memicu kepunahan salah satu ras manusia.
Selama puluhan tahun, ilmuwan bertanya-tanya, bagaimana sebuah gunung api super menyimpan magma dalam jumlah besar selama jutaan tahun tanpa sekali pun batuk mengeluarkan lava dalam jumlah kecil?
Pertanyaan itu akhirnya terjawab lewat publikasi hasil penelitian Christoph Sens-Schonfelder, seismolog dari GFZ German Research Center for Geoscience, di jurnal Science pada Kamis (30/10/2014).
Bersama Kairly Jaxybulatov dari Trofimuk Institute of Petroleum Geology and Geophysics di Rusia, Sens-Schonfelder menganalisis struktur internal reservoir magma di bawah kaldera Toba dengan basis gelombang seismik.
Gelombang seismik merambat dengan kecepatan berbeda pada tiap medium. Saat melewati magma yang cair, kecepatan gelombang seismiknya akan melambat. Menganalisisnya, ilmuwan dapat mengetahui cara Gunung Toba menyimpan magma.
Magma di Gunung Toba tersimpan dalam lapisan-lapisan, menumpuk satu sama lain seperti lapis legit. Dengan cara ini, Gunung Toba mampu mengakumulasi magma dalam jumlah besar selama jutaan tahun.
Studi juga mengungkap fakta mengagumkan lain tentang magma Gunung Toba. Magma tersimpan mulai dari kedalaman 7-19 kilometer di bawah Pulau Samosir, di tengah-tengah Danau Toba. Reservoir magma sendiri memiliki diameter 10-20 km.
Diberitakan Livescience, Kamis lalu, hasil penelitian ini akan membantu ilmuwan memahami proses menuju erupsi besar gunung api super sekaligus memprediksi waktu Gunung Toba meletus lagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.